Sabtu, 23 Maret 2013

BPH (Benigna Prostat Hiperplasi)

joko_aji_p



BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

A.    PENGERTIAN
q  BPH adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah. (R. Sjamsuhidayat dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, 1997)
q  Prostat Hiperplasia adalah pembesaran glandula dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan.  Kelenjar prostat mengitari leher kandung kemih dan urethra, sehingga hipertropi prostat sering menghalangi pengosongan kandung kemih. (Susan Martin Tucker, 1998)

B.    ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadiya hiperplasiprostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging.
Beberapa teori yang menjelaskan tejadinya hiperplasia pada kelenjar periurethral, yaitu :
q   Teori Sel Stem (Isaac, 1984, 1987)
Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjaar periurethral dalam keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (steadystate). Sel baru biasanya tumbuh dari sel stem.  Oleh karena sesuatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormonal atau faktor pencetus yang lain maka sel stem tersebut akan dapat berproliferasi lebih cepat sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.
q   Teori Rewakening dari jaaringan kembali seperti perkembangan seperti pada masa tingkat embrionik, sehingga jaringan periurethral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
q   Teori yang mengatakan bahwa hiperplasia disebabkan oleh karena terjadinya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen.  Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen, karena produksi testoteeron menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jarinagn adiposa di perifer.  Perubahan konsentraasi relatif testoteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
C.    GAMBARAN KLINIK
q  Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
-   Obstruksi :
                                         i.    Hesistensi (harus menunggu lama bila mau miksi)
                                        ii.    Pancaran miksi lemah
                                      iii.    Intermitten (Miksi terputus)
                                       iv.    Miksi tidak puas
-  Iritasi : frekuensi sering, nokturia, urgensi, disuria
-  Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering meikuti penyakit hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan penigkatan tekanan intra abdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra sympisis akibat retensi urine, kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien dan keadaan ini merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksal (Basuki BP, 2000)

















E.  PENGOBATAN
Secara klinik derajat berat, dibagi menjaadi 4 graadasi, yaitu :
Derajat 1  :   Apabila ditemukan keluhan protatismus, pada DRE (colok dubur) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urin kurang daari 50 ml.
Derajat 2 :  Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat  1, prostat lebih menonjol, bataas ataas masih teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3 :  Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urine lebih dari 100 ml.
Derajat 4 :  Apabila sudah terjadi retensi total.

Pada derajat 1 belum memerlukan tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan secara konservaatif , misal alfa bloker, prazozin, terazozin 1-5 mg per hari.
Pada derajat 2 sudah ada indikasi untuk inteervensi operatif dan sampai ssekarang masihh dianggap sebagai cara terpilih adlah trans urethral resection (TURP)
Pada derajaat 3 TURP masih dapat dilakukan akan tetapi bila diperkirakan reseksi tidak selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.

F.  NURSING CARE PLAN
I.            Pengkajian
a.    Sirkulasi  : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginja l)
b.    Eliminasi  :  Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, tes keraguan
-          Keragu-raguan pada berkemih awal
-          Nokturia, disuria, hematuri
-          Isis berulang, riwayat batu (stasis urinaria)
-          Konstipasi
-          Massa padat dibawah abdomen bawah
-          Nyeri tekan kandung kemih
-          Hernia Inguinalis, Hemoroid
-          Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih :dorongan dan frekuensi
c.    Makanan/cairan :  Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB
d.    Nyeri/kenyamanan :  Nyeri supraa pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri punggung bawah.
e.    Keamanan  : demam
f.    Seksualitas : 
-  Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan      seksual
-          Inkontinensia
-          Penurunan kekuatan ejakulasi
-          Pembesaran, nyeri tekan prostat
g.    Pengetahuan  :
 - Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
-          Penggunaan antihipertensi, antideprresi, antibiotik urinaria
II.         Pemeriksaan Diagnostik
a.    Urinalisis  : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b.    Adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
c.    BUN/kreatin  : meningkat
d.    IVP  :  menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih dan adanya pembesaran prostat, penebalan abnormal otot kandung kemih.
e.    Sistogram :  mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung kemih
f.    Sistometri : mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
III.      Prioritas Keperawatan
1.     Menghilangkan retensi urine akut
2.    Meningkatkan kenyamanan
3.    Mencegah komplikasi
4.    Membantu klien untuk menerima masalah psikologis
5.    Memberikan informasi tentang penyakit/ prognosiss dan kebutuhan pengobatan.
IV.         Hasil yang diharapkan  :
1.     Pola berkemih normal
2.    Nyeri/ketidaknyamanan hilang
3.    Komplikasi tercegah/minimal
4.    Menerima situasi secara nyata
5.    Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami oleh klien.
V.            Diagnosa Keperawatan
a.    Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat
Tanda :  frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, inkontinensia, distensi kandung kemih, residu, urine.
Hasil yang diharapkan :
-  berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba distensi kandung kemih, menunjukkan residu paaska berkemih kurang dari 50 ml, dengan tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi :
-  Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam dan bila tioba-tiba dirasakan.
-   Tanyakan pada klien tentang inkontinensia stres
-   Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
-   Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap berkemih
-   Perkusi area supra pubik
-   Dorong masukkan cairan sampai 3000 ml / hari
-   Awasi tanda-tanda vital
-   Berikan perawaatan kateter dan perineal.
b.    Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa, distensi kandung kemih
Ditandai :
- keluhan nyeri pada kandung kemih, penyempitan fokus ; perubahan tonus otot, meringis, perilaku distraaksi, gelisah, respon otonomik.
Hasil yang diharapkan :
-  Melaporkan nyeri hilang/timbul
-  Tampak rileks
-  Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
Mandiri :
- kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas.
-  Perhatikan tirah baring bila diindikasikan.
-  Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan punggung.
Kolaborasi :
- Masukkan katetter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
-  Lakukan massage prostat
-  Berikan obat sesuai indikasi
c.    Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap paasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
Kriteria/hasil yang diharapkan :
-          Mempertahankan hidrasi adekuat
-          Tanda vital stabil
          Intervensi :
Mandiri :
- Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan
-          Dorong peningkatan pemasukkan oral berdasarkan kebutuhan individu.
-          Awasi tekanan darah, nadi
-          Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai kebutuhan
d.    Ketakutan/kecemasan  dihubungkan dengan perubahan staatus kesehatan kemungkinan prosedur bedah/malignasi
Ditandai : peningkatan ketegangan, ketakutan, kekuatiran.
Hasil yang diharapkan  :
- Tampak rileks
-  Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
- Menunjukkan rentang yang tepat tentang  perasaan/penurunan rasa takut
Intervensi :
-  Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat
-  Berikan info tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi
-  Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur
- Dorong klien/oran terdekat unruk menyatakan masalah/perasaan
-  Berikan penguatan info kepada klien tentang info yang telah diberikan sebelumnya.
e.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan b/d kurangnya informasi d/d pertanyaan minta informasi, menyatakan masalah/indikator non verbal, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan :
-   Menyatakan pemahaman proses penyakit
-          Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala penyakit
-          Melakukan perubahan perilaku yang perlu
-          Berpartisipasi dalam progrram terapi
Intervensi ;
Mandiri ;
- kaji ulang proses penyakit, pengalaman klien.
-          Dorong menyatakan perasaan dan rasa takut
-          Beri info tentang penyakit yan terjadi pada klien.


DAFTAR PUSTAKA :
R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong (1996), Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta.
Seri Ilmu Bedah, Staf Pengajar, UNPAD, Materi Kuliah Bedah, Edisi I, 1999.
Doenges, ME and Moor House, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke 3, Penerbir Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Jumat, 22 Maret 2013

CHF ( gagal jantung )


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN (CHF)
DIRUANG UPJ (Unit Penyakit Jantung) RSUD Dr. KARIADI SEMARANG
 














Disusun oleh :
Joko Aji Pranoto
011241023








STIKES BHAMADA SLAWI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2012



CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF)


Pengertian

   Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius dimana jumlah darah yang masuk dalam jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan zat makanan.terkadang orang salah mengartikan gagal jantung dengan henti jantung, jika gagal jantung adalah berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya.

Penyebab
Gagal jantung disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung, sehingga bisa melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung. Yang paling sering adalah penyakit arteri koroner menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung. Hal ini disebabkan karena miokarditis yaitu suatu infeksi yang disebabkan karena virus ataupun bakteri, diabetes  maupun kegemukan. Penyakit lain yang bisa menyebabkan gagal jantung adalah hipertensi yang bisa menyebabkan kerja jantung menjadi lebih berat karena harus memompa darah di dalam rongga yang sempit. Penyebab yang lain adalah kelainan pada jantung itu sendiri.

Gejala
Ã’ Tanda – tanda dan gejala – gejala kegagalan yang disebabkan oleh penurunan oleh penurunan cardiac out put :

-          lelah
-          angina
-          cemas
-          bunyi jantung S3
-          oliguri
-          kulit dingin, pucat


Ã’ Tanda – tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri

-          Dyspneu                           - Rales paru- paru
-          Hasil X- ray memperlihatkan       - Batuk
kongesti paru- paru                    - Orthopneu


Ã’ Tanda- tanda dan gejala – gejala yang disebabkan oleh kongesti balik ventrikel kanan :

-          Edema perifer
-          Hati membesar
-          Distensi vena leher
-           Peningkatan central venous pressure (CVP)


Patofisiologi
    Respon kompensasi terhadap out put kardiac yang tidak adekuat.
Cardiac out put yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan perfusi organ- organ tubuh yang vital.
Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua pengaruh utama :
1.      Meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium.
2.      Vasokontriksi perifer
Vasokontriksi perifer menggeser arus darah arteri ke organ-organ yang kurang vital, seperti kulit dan ginjal dan juga organ-organ yang lebih vital, seperti otak. Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena ke jantung. Peningkatan peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas.
Pada permulaan respon berdampak perbaikan terhadap cardiac out put, namun selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium, meregangkan serabut- serabut myocardium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak berada dalam status kekurangan cairan untuk memulai peningkatan volume ventrikel dapat memperberat preload dan kegagalan komponen- komponen.
Jenis kompensasi yang kedua yaitu dengan mengaktivkan sistem renin angiotensin yang akhirnya berdampak pada peningkatan preload maupun afterload pada waktu jangka panjang dan seterusnya.
Kompensasi yang ketiga yaitu dengan terjadinya perubahan struktur micardium itu sendiri yang akhirnya lama- kelamaan miocrdium akan menebal atau menjadi hipertropi untuk memperbaiki kontraksi namun ini berdampak peningkatan kebutuhan oksigen untuk miocardium.

    Kegagalan ventrikel kiri
Kegagalan ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung oksigen guna memenuhi kebutuhan tubuh berakibat dua hal :
1.      Tanda- tanda dan gejala- gejala penurunan cadiac output.
2.      Kongesti paru- paru.

    Dispnea
Pernafasan yang memerlukan tenaga merupakan gejala dini dari kegagalan ventrikel. Bisa timbul akibat gangguan pertukaran gas karena cairan di dalam alveoli. Hal ini bisa menjadi payah karena pergerakan tubuh, misal menaiki tangga, berjalan mendaki dll. Karena dengan kegiatan tersebut memerlukan peningkatan oksigen.

    Orthopnea
Timbul kesukaran bernafas pada waktu berbaring terlentang dan orang harus tidur pakai sandaran di tempat tidur atau tidur duduk pada sebuah kursi. Bila orang tidur terlentang ventilasi kurang kurang dan volume darah pada pembuluh- pembuluh paru- paru meningkat.

    Kegagalan ventrikel kanan
Kegagalan ventrikel kanan terjadi bila bilik ini tidak mampu memompa melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru- paru. Kegagalan ventrikel kanan dalam memompakan darah akan mengakibatkan oedema pada ekstrimitas. Pada hati juga mengalami pembesaran karena berisi cairan intra vaskuler, tekanan di dalam sistem portal menjadi begitu tinggi sehingga cairan didorong melalui pembuluh darah masuk ke rongga perut (acites) akibatnya akan mendesak diafragma yang akhirnya akan susah untuk bernafas.



Diagnosa keperawatan :
1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder penurunan GFR.
  1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perpindahan cairan kedalam alveoli sekunder Oedem paru.
  2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit jantung.
  3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai darah menurun.
  4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.

Fokus intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder penurunan GFR.

















gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perpindahan cairan kedalam alveoli sekunder Oedem paru.












Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit jantung.









gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai darah menurun.





intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
-        cairan dalam keadaan seimbang.
-        TTV dalam rentang normal
-        Tidak ada oedem.










Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
-       Oksigenasi adekuat.
-       Bebas gejala distres pernafasan 










Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam dengan kriteria hasil :
-   Pasien mengetahui penyakitnya.






Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil :
-   Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil :
-   Dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri.
-   Menurunnya kelemahan dan kelelahan
-   Tanda vital dalam rentang normal.
Pantau haluaran urin, jumlah dan warna saat terjadi diuresis


Hitung masukan dan keluaran cairan selama 24 jam.

Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi



Kolaborasi pemberian diuretik




Auskultasi bunyi nafas

Ajarkan pasien batuk efektif, nafas dalam.


Dorong perubahan posisi sering



Kolaborasi pemberian oksigen





Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya.


Kuatkan rasional pengobatan






Pijat area kemerahan atau memutih


Ubah posisi sering ditempat tidur.



Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.


Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal.

Menentukan kehilangan cairan tiba- tiba /berlebihan

Pada gagal jantung kanan cairan dapat berpindah kedalam area peritoneal, menyebabkan asites

Meningkatkan laju urine dan menghambat reabsorbsi natrium pada tubulus ginjal

Menyatakan adanya kongesti paru.

Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.

Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/ menurunkan hipoksemia jaringan

Pasien akan memahami kondisinya dan mengurangi stress.

Pemahaman program, obat, dapat meningkatkan kerjasama dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.

Memperbaiki sirkulasi, menurunkan tekanan pada satu area
Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan peningkatan aktivitas

Dapat menunjukan peningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.


  1. Diagnosa
Untuk memperkuat diagnosa maka dlm pemeriksaan fisik akan menunjukkan :
Denyut nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi jantung abnormal, pembesaran jantung, pembengkakan vena leher, cairan di dalam paru, pembesaran hati, penambahan berat badan yang cepat, pembengkakan perut dan tungkai.

Pengobatan
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya.
Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu :
  1. mengobati penyakit penyebab gagal jantung.
  2. menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung.
  3. Mengobati gagal jantung.

Ad. 1. Mengobati penyebab gagal jantung
a.  Pembedahan bisa dilakukan untuk :
         Memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup jantung
         Memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-ruang jantung
         Memperbaiki penyumpatan arteri koroner yang kesemuanya bisa menyebabkan gagal jantung.
b. Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
c.  Kombinasi obat-obatan, pembedahan dan terapi penyinaran terhadap kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
d.       Pemberian obat anti-hipertensi.

Ad. 2. Menghilangkan faktor yang memperburuk gagal jantung
Merokok, garam, kelebihan berat badan dan alkohol akan memperburuk gagal jantung. Dianjurkan untuk berhenti merokok, melakukan perubahan pola makan, berhenti minum alkohol atau melakukan olah raga secara teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh secara keseluruhan. Untuk penderita gagal jantung yang berat, tirah baring selama beberapa hari merupakan bagian penting dari pengobatan. Penggunaan garam yang berlebihan dalam makanan sehari-hari bisa menyebabkan penimbunan cairan yang akan menghalangi pengobatan medis.
Jumlah natrium dalam tubuh bisa dikurangi dengan membatasi pemakaian garam dapur, garam dalam masakan dan makanan yang asin.
Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan.
Cara yang sederhana dan dapat dipercaya untuk mengetahui adanya penimbunan cairan dalam tubuh adalah dengan menimbang berat badan setiap hari.
Kenaikan lebih dari 1 kg/hari hampir dapat dipastikan disebabkan oleh penimbunan cairan.
Penambahan berat badan yang cepat dan terus menerus merupakan petunjuk dari memburuknya gagal jantung.
Karena itu penderita gagal jantung diharuskan menimbang berat badannya setepat mungkin setiap hari, terutama pada pagi hari, setelah berkemih dan sebelum sarapan.
Timbangan yang digunakan harus sama, jumlah pakaian yang digunakan relatif sama dan dibuat catatan tertulis.

Ad. 3. Mengobati Gagal jantung
Prinsipnya adalah pencegahan atau pengobatan dini terhadap penyebabnya.pengobatan tahap ini adalah secara medis dan dilakukan oleh dokter.










Daftar pustaka

APrice, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby Year Book. Michigan

Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.

Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing  A nursing proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.

Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.