Minggu, 24 Maret 2013
Sabtu, 23 Maret 2013
BPH (Benigna Prostat Hiperplasi)
joko_aji_p
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
A. PENGERTIAN
q
BPH adalah
hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat
yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah. (R. Sjamsuhidayat dalam Buku
Ajar Ilmu Bedah, 1997)
q
Prostat
Hiperplasia adalah pembesaran glandula dan jaringan seluler kelenjar prostat
yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan. Kelenjar prostat mengitari
leher kandung kemih dan urethra, sehingga hipertropi prostat sering menghalangi
pengosongan kandung kemih. (Susan Martin Tucker, 1998)
B. ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti
penyebab terjadiya hiperplasiprostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron
(DHT) dan proses aging.
Beberapa teori yang menjelaskan tejadinya
hiperplasia pada kelenjar periurethral, yaitu :
q
Teori Sel Stem (Isaac, 1984, 1987)
Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjaar
periurethral dalam keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati
(steadystate). Sel baru biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena sesuatu sebab seperti faktor
usia, gangguan keseimbangan hormonal atau faktor pencetus yang lain maka sel
stem tersebut akan dapat berproliferasi lebih cepat sehingga terjadi
hiperplasia kelenjar periurethral.
q
Teori Rewakening dari jaaringan kembali
seperti perkembangan seperti pada masa tingkat embrionik, sehingga jaringan
periurethral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
q
Teori yang mengatakan bahwa hiperplasia
disebabkan oleh karena terjadinya usia akan terjadi perubahan keseimbangan
testoteron dan estrogen. Dengan
bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen,
karena produksi testoteeron menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi
estrogen pada jarinagn adiposa di perifer.
Perubahan konsentraasi relatif testoteron dan estrogen akan menyebabkan
produksi dan potensiasi faktor pertumuhan lain yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran prostat.
C. GAMBARAN KLINIK
q
Keluhan pada
saluran kemih bagian bawah :
- Obstruksi
:
i. Hesistensi (harus menunggu lama bila mau miksi)
ii. Pancaran miksi lemah
iii. Intermitten (Miksi terputus)
iv. Miksi tidak puas
- Iritasi :
frekuensi sering, nokturia, urgensi, disuria
- Gejala di
luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering meikuti
penyakit hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan penigkatan tekanan intra
abdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli
yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra sympisis akibat
retensi urine, kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa
disadari oleh pasien dan keadaan ini merupakan pertanda dari inkontinensia
paradoksal (Basuki BP, 2000)
E. PENGOBATAN
Secara klinik derajat berat,
dibagi menjaadi 4 graadasi, yaitu :
Derajat
1 :
Apabila ditemukan keluhan protatismus, pada DRE (colok dubur) ditemukan
penonjolan prostat dan sisa urin kurang daari 50 ml.
Derajat 2
: Ditemukan tanda dan gejala seperti
pada derajat 1, prostat lebih menonjol,
bataas ataas masih teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100
ml.
Derajat 3
: Seperti derajat 2, hanya batas atas
prostat tidak teraba lagi dan sisa urine lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.
Pada derajat 1 belum memerlukan
tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan secara konservaatif , misal alfa
bloker, prazozin, terazozin 1-5 mg per hari.
Pada derajat 2 sudah ada
indikasi untuk inteervensi operatif dan sampai ssekarang masihh dianggap
sebagai cara terpilih adlah trans urethral resection (TURP)
Pada derajaat 3 TURP masih
dapat dilakukan akan tetapi bila diperkirakan reseksi tidak selesai dalam satu
jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.
F. NURSING CARE PLAN
I.
Pengkajian
a.
Sirkulasi : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran
ginja l)
b.
Eliminasi :
Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, tes keraguan
-
Keragu-raguan
pada berkemih awal
-
Nokturia,
disuria, hematuri
-
Isis berulang,
riwayat batu (stasis urinaria)
-
Konstipasi
-
Massa padat
dibawah abdomen bawah
-
Nyeri tekan
kandung kemih
-
Hernia
Inguinalis, Hemoroid
-
Ketidakmampuan
untuk mengosongkan kandung kemih :dorongan dan frekuensi
c.
Makanan/cairan
: Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB
d.
Nyeri/kenyamanan
: Nyeri supraa pubis, panggul atau
punggung, tajam, kuat, nyeri punggung bawah.
e.
Keamanan : demam
f.
Seksualitas
:
- Masalah tentang efek kondisi/terapi pada
kemampuan seksual
-
Inkontinensia
-
Penurunan
kekuatan ejakulasi
-
Pembesaran,
nyeri tekan prostat
g.
Pengetahuan :
- Riwayat keluarga kanker, hipertensi,
penyakit ginjal
-
Penggunaan
antihipertensi, antideprresi, antibiotik urinaria
II.
Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah
gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b.
Adanya
staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
c.
BUN/kreatin : meningkat
d.
IVP :
menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih dan adanya pembesaran
prostat, penebalan abnormal otot kandung kemih.
e.
Sistogram
: mengukur tekanan darah dan volume
dalam kandung kemih
f.
Sistometri :
mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
III.
Prioritas
Keperawatan
1.
Menghilangkan
retensi urine akut
2.
Meningkatkan
kenyamanan
3.
Mencegah
komplikasi
4.
Membantu klien
untuk menerima masalah psikologis
5.
Memberikan
informasi tentang penyakit/ prognosiss dan kebutuhan pengobatan.
IV.
Hasil yang
diharapkan :
1.
Pola berkemih
normal
2.
Nyeri/ketidaknyamanan
hilang
3.
Komplikasi tercegah/minimal
4.
Menerima
situasi secara nyata
5.
Proses
penyakit/prognosis dan program terapi dipahami oleh klien.
V.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Retensi urine
(akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat
Tanda : frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih, inkontinensia, distensi kandung kemih, residu,
urine.
Hasil yang
diharapkan :
- berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba
distensi kandung kemih, menunjukkan residu paaska berkemih kurang dari 50 ml,
dengan tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi :
- Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam
dan bila tioba-tiba dirasakan.
- Tanyakan pada klien tentang inkontinensia
stres
- Observasi aliran urine, perhatikan ukuran
dan kekuatan
- Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap
berkemih
- Perkusi area supra pubik
- Dorong masukkan cairan sampai 3000 ml / hari
- Awasi tanda-tanda vital
- Berikan perawaatan kateter dan perineal.
b.
Nyeri (akut)
b/d iritasi mukosa, distensi kandung kemih
Ditandai :
- keluhan
nyeri pada kandung kemih, penyempitan fokus ; perubahan tonus otot, meringis,
perilaku distraaksi, gelisah, respon otonomik.
Hasil yang
diharapkan :
- Melaporkan nyeri hilang/timbul
- Tampak rileks
- Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
Mandiri :
- kaji nyeri,
perhatikan lokasi, intensitas.
- Perhatikan tirah baring bila diindikasikan.
- Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan
punggung.
Kolaborasi :
- Masukkan katetter dan
dekatkan untuk kelancaran drainase.
- Lakukan massage prostat
- Berikan obat sesuai indikasi
c.
Kekurangan
volume cairan, resiko tinggi terhadap paasca obstruksi diuresis dari drainase
cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
Kriteria/hasil
yang diharapkan :
-
Mempertahankan
hidrasi adekuat
-
Tanda vital
stabil
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi
keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan
-
Dorong
peningkatan pemasukkan oral berdasarkan kebutuhan individu.
-
Awasi tekanan
darah, nadi
-
Tingkatkan
tirah baring dengan kepala tinggi
Kolaborasi : berikan cairan IV
sesuai kebutuhan
d.
Ketakutan/kecemasan dihubungkan dengan perubahan staatus
kesehatan kemungkinan prosedur bedah/malignasi
Ditandai :
peningkatan ketegangan, ketakutan, kekuatiran.
Hasil yang
diharapkan :
- Tampak
rileks
- Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang
situasi
- Menunjukkan
rentang yang tepat tentang
perasaan/penurunan rasa takut
Intervensi :
- Buat hubungan saling percaya dengan
klien/orang terdekat
- Berikan info tentang prosedur dan tes khusus
dan apa yang akan terjadi
- Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan
prosedur
- Dorong
klien/oran terdekat unruk menyatakan masalah/perasaan
- Berikan penguatan info kepada klien tentang
info yang telah diberikan sebelumnya.
e.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan b/d kurangnya
informasi d/d pertanyaan minta informasi, menyatakan masalah/indikator non
verbal, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah.
Hasil yang
diharapkan :
- Menyatakan pemahaman proses penyakit
-
Mengidentifikasi
hubungan tanda dan gejala penyakit
-
Melakukan
perubahan perilaku yang perlu
-
Berpartisipasi
dalam progrram terapi
Intervensi ;
Mandiri ;
- kaji ulang proses penyakit,
pengalaman klien.
-
Dorong
menyatakan perasaan dan rasa takut
-
Beri info
tentang penyakit yan terjadi pada klien.
DAFTAR PUSTAKA :
R.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong (1996), Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Seri Ilmu
Bedah, Staf Pengajar, UNPAD, Materi Kuliah Bedah, Edisi I, 1999.
Doenges, ME and
Moor House, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke 3, Penerbir Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Jumat, 22 Maret 2013
CHF ( gagal jantung )
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN (CHF)
DIRUANG
UPJ (Unit Penyakit Jantung) RSUD Dr. KARIADI SEMARANG
Disusun
oleh :
Joko
Aji Pranoto
011241023
STIKES BHAMADA SLAWI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2012
CONGESTIF
HEART FAILURE
(CHF)
Pengertian
Gagal jantung adalah suatu keadaan yang
serius dimana jumlah darah yang masuk dalam jantung setiap menitnya tidak mampu
memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan zat makanan.terkadang orang salah
mengartikan gagal jantung dengan henti jantung, jika gagal jantung adalah
berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya.
Penyebab
Gagal jantung disebabkan karena meningkatnya beban
kerja otot jantung, sehingga bisa melemahkan kekuatan kontraksi otot
jantung. Yang paling sering adalah penyakit arteri koroner menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan
jantung. Hal ini disebabkan karena miokarditis yaitu suatu infeksi yang
disebabkan karena virus ataupun bakteri, diabetes maupun kegemukan.
Penyakit lain yang bisa menyebabkan gagal jantung adalah hipertensi yang bisa
menyebabkan kerja jantung menjadi lebih berat karena harus memompa darah di
dalam rongga yang sempit. Penyebab yang lain adalah kelainan pada jantung itu
sendiri.
Gejala
Ã’ Tanda – tanda dan gejala – gejala kegagalan yang
disebabkan oleh penurunan oleh penurunan cardiac out put :
-
lelah
-
angina
-
cemas
-
bunyi
jantung S3
-
oliguri
-
kulit
dingin, pucat
Ã’ Tanda – tanda dan gejala yang disebabkan oleh
kongesti balik dari ventrikel kiri
-
Dyspneu -
Rales paru- paru
-
Hasil
X- ray memperlihatkan -
Batuk
kongesti paru- paru -
Orthopneu
Ã’ Tanda- tanda dan gejala – gejala yang disebabkan oleh
kongesti balik ventrikel kanan :
-
Edema
perifer
-
Hati membesar
-
Distensi
vena leher
-
Peningkatan central venous pressure (CVP)
Patofisiologi
► Respon kompensasi terhadap out put kardiac yang tidak
adekuat.
Cardiac out put yang tidak adekuat memicu beberapa
respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan perfusi organ- organ tubuh
yang vital.
Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang
menimbulkan dua pengaruh utama :
1. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi
myocardium.
2. Vasokontriksi perifer
Vasokontriksi perifer menggeser arus darah arteri ke
organ-organ yang kurang vital, seperti kulit dan ginjal dan juga organ-organ
yang lebih vital, seperti otak. Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari
vena ke jantung. Peningkatan peregangan serabut otot myocardium memungkinkan
kontraktilitas.
Pada permulaan respon berdampak perbaikan terhadap
cardiac out put, namun selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk
myocardium, meregangkan serabut- serabut myocardium dibawah garis kemampuan
kontraksi. Bila orang tidak berada dalam status kekurangan cairan untuk memulai
peningkatan volume ventrikel dapat memperberat preload dan kegagalan komponen-
komponen.
Jenis kompensasi yang kedua yaitu dengan mengaktivkan
sistem renin angiotensin yang akhirnya berdampak pada peningkatan preload
maupun afterload pada waktu jangka panjang dan seterusnya.
Kompensasi yang ketiga yaitu dengan terjadinya
perubahan struktur micardium itu sendiri yang akhirnya lama- kelamaan miocrdium
akan menebal atau menjadi hipertropi untuk memperbaiki kontraksi namun ini
berdampak peningkatan kebutuhan oksigen untuk miocardium.
► Kegagalan ventrikel kiri
Kegagalan ventrikel kiri untuk memompakan darah yang
mengandung oksigen guna memenuhi kebutuhan tubuh berakibat dua hal :
1. Tanda- tanda dan gejala- gejala penurunan cadiac
output.
2. Kongesti paru- paru.
► Dispnea
Pernafasan yang memerlukan tenaga merupakan gejala
dini dari kegagalan ventrikel. Bisa timbul akibat gangguan pertukaran gas
karena cairan di dalam alveoli. Hal ini bisa menjadi payah karena pergerakan
tubuh, misal menaiki tangga, berjalan mendaki dll. Karena dengan kegiatan
tersebut memerlukan peningkatan oksigen.
► Orthopnea
Timbul kesukaran bernafas pada waktu berbaring
terlentang dan orang harus tidur pakai sandaran di tempat tidur atau tidur
duduk pada sebuah kursi. Bila orang tidur terlentang ventilasi kurang kurang
dan volume darah pada pembuluh- pembuluh paru- paru meningkat.
► Kegagalan ventrikel kanan
Kegagalan ventrikel kanan terjadi bila bilik ini
tidak mampu memompa melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru- paru.
Kegagalan ventrikel kanan dalam memompakan darah akan mengakibatkan oedema pada
ekstrimitas. Pada hati juga mengalami pembesaran karena berisi cairan intra
vaskuler, tekanan di dalam sistem portal menjadi begitu tinggi sehingga cairan
didorong melalui pembuluh darah masuk ke rongga perut (acites) akibatnya akan
mendesak diafragma yang akhirnya akan susah untuk bernafas.
Diagnosa keperawatan :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi
natrium sekunder penurunan GFR.
- Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan adanya perpindahan cairan kedalam alveoli sekunder
Oedem paru.
- Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit jantung.
- Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan suplai darah menurun.
- Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Fokus
intervensi keperawatan
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder penurunan GFR.
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perpindahan cairan
kedalam alveoli sekunder Oedem paru.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
jantung.
gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai darah menurun.
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam dengan kriteria hasil :
-
cairan
dalam keadaan seimbang.
-
TTV
dalam rentang normal
-
Tidak
ada oedem.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam dengan kriteria hasil :
- Oksigenasi adekuat.
- Bebas gejala distres pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam dengan kriteria hasil :
- Pasien mengetahui penyakitnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam dengan kriteria hasil :
- Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil :
- Dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri.
- Menurunnya kelemahan dan kelelahan
- Tanda vital dalam rentang normal.
|
Pantau haluaran urin, jumlah dan warna saat terjadi
diuresis
Hitung masukan dan keluaran cairan selama 24 jam.
Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi
Kolaborasi pemberian diuretik
Auskultasi bunyi nafas
Ajarkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
Dorong perubahan posisi sering
Kolaborasi pemberian oksigen
Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya.
Kuatkan rasional pengobatan
Pijat area kemerahan atau memutih
Ubah posisi sering ditempat tidur.
Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
|
Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena
penurunan perfusi ginjal.
Menentukan kehilangan cairan tiba- tiba /berlebihan
Pada gagal jantung kanan cairan dapat berpindah
kedalam area peritoneal, menyebabkan asites
Meningkatkan laju urine dan menghambat reabsorbsi
natrium pada tubulus ginjal
Menyatakan adanya kongesti paru.
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
oksigen.
Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang
dapat memperbaiki/ menurunkan hipoksemia jaringan
Pasien akan memahami kondisinya dan mengurangi
stress.
Pemahaman program, obat, dapat meningkatkan
kerjasama dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
Memperbaiki sirkulasi, menurunkan tekanan pada satu
area
Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
peningkatan aktivitas
Dapat menunjukan peningkatan dekompensasi jantung
dari pada kelebihan aktivitas.
|
- Diagnosa
Untuk
memperkuat diagnosa maka dlm pemeriksaan fisik akan menunjukkan :
Denyut nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi
jantung abnormal, pembesaran jantung, pembengkakan vena leher, cairan di dalam
paru, pembesaran hati, penambahan berat badan yang cepat, pembengkakan perut
dan tungkai.
Pengobatan
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih
nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup
serta meningkatkan harapan hidupnya.
Pendekatannya
dilakukan melalui 3 segi, yaitu :
- mengobati penyakit penyebab gagal jantung.
- menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk
gagal jantung.
- Mengobati gagal jantung.
Ad. 1. Mengobati penyebab gagal jantung
a. Pembedahan bisa dilakukan untuk :
▪
Memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup
jantung
▪
Memperbaiki hubungan abnormal diantara
ruang-ruang jantung
▪
Memperbaiki penyumpatan arteri koroner yang
kesemuanya bisa menyebabkan gagal jantung.
b. Pemberian antibiotik untuk mengatasi
infeksi.
c. Kombinasi obat-obatan, pembedahan dan terapi
penyinaran terhadap kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
d.
Pemberian
obat anti-hipertensi.
Ad.
2. Menghilangkan faktor yang memperburuk gagal jantung
Merokok, garam, kelebihan berat badan dan alkohol akan
memperburuk gagal jantung. Dianjurkan untuk berhenti merokok, melakukan
perubahan pola makan, berhenti minum alkohol atau melakukan olah raga secara
teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh secara keseluruhan. Untuk penderita
gagal jantung yang berat, tirah baring selama beberapa hari merupakan bagian
penting dari pengobatan. Penggunaan garam yang berlebihan dalam makanan
sehari-hari bisa menyebabkan penimbunan cairan yang akan menghalangi pengobatan
medis.
Jumlah natrium dalam tubuh bisa dikurangi dengan membatasi pemakaian garam dapur, garam dalam masakan dan makanan yang asin.
Jumlah natrium dalam tubuh bisa dikurangi dengan membatasi pemakaian garam dapur, garam dalam masakan dan makanan yang asin.
Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan
keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan.
Cara yang sederhana dan dapat dipercaya untuk mengetahui adanya penimbunan cairan dalam tubuh adalah dengan menimbang berat badan setiap hari.
Kenaikan lebih dari 1 kg/hari hampir dapat dipastikan disebabkan oleh penimbunan cairan.
Cara yang sederhana dan dapat dipercaya untuk mengetahui adanya penimbunan cairan dalam tubuh adalah dengan menimbang berat badan setiap hari.
Kenaikan lebih dari 1 kg/hari hampir dapat dipastikan disebabkan oleh penimbunan cairan.
Penambahan berat badan yang cepat dan terus menerus merupakan
petunjuk dari memburuknya gagal jantung.
Karena itu penderita gagal jantung diharuskan menimbang berat
badannya setepat mungkin setiap hari, terutama pada pagi hari, setelah berkemih
dan sebelum sarapan.
Timbangan yang digunakan harus sama, jumlah pakaian yang
digunakan relatif sama dan dibuat catatan tertulis.
Ad.
3. Mengobati Gagal jantung
Prinsipnya adalah pencegahan atau pengobatan dini terhadap
penyebabnya.pengobatan tahap ini adalah secara medis dan dilakukan oleh dokter.
Daftar pustaka
APrice, Sylvia and M. Wilson,
Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby Year Book.
Michigan
Doenges, Marylinn E. et al.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa.
Jakarta. EGC.
Ignatavicius, Dona D and Bayna,
Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing
A nursing proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam,
Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Langganan:
Postingan (Atom)