PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
Oleh :
JOKO AJI PRANOTO, S.Kep
Pembimbing Klinik : Ns. Jumatinah, S.Kep
Pembimbing Akademik : Ns. Zakiyah, S.Kep
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BINAWAN JAKARTA
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 2001. dalam Keliat, 2004). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan,dan menarik (Yalom, 1995. dalam dalam Keliat, 2004). Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok (Keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.
Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya menyeluruh dalam menyelesaikan masalah klien. Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan untuk ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang sama. Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan adalah sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita (Keliat, 2004).
Atas dasar itu, saya melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (halusinasi) dengan harapan klien dapat mengontrol halusinasinya dan dapat beraktivitas tanpa ada halusinasi yang mengikutinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat berespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat
b. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi gambar
c. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart dan Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai dan berespon terhadap realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal dan tidak dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan. Tidak mampu berespon secara akurat sehingga tampat perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi merupakan respon seseorang terdapat rangsangan yang tidak nyata (Stuart dan Sundeen, 1998).
2. Penyebab
Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan)
3. Tanda dan Gejala
a. Berbicara dan tertawa sendiri
b. Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
c. Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
e. Merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Ingin memukul atau melempar barang-barang
4. Tipe Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, suara biasanya menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek, memaki.
b. Halusinasi Penglihatan
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaranyang mengerikan.
c. Halusinasi penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penghidung, penderita merasa mengecap sesuatu.
e. Halusinasi perabaan
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
5. Tingkatan Halusinasi
a. Tingkat I
1) Memberi rasa nyaman
2) Tingkat orientasi sedang
3) Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
b. Tingkat II
Menyalahkan
c. Tingkat III
1) Mengontrol tingkat kecemasan berat
2) Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagi
d. Tingkat IV
1) Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
2) Klien panik
6. Fase-fase Halusinasi
a. Fase 1
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus, penyakit, hutang, dll. Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehingga terbiasa mengkhayal.
b. Fase 2
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan fikiran pda timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
c. Fase 3
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase 4
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yang datang, Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase psychotic.
e. Fase 5
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1. Pengertian TAK
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005).
2. Tujuan TAK
Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:
a. Tujuan umum
1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
2) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan orang lain.
3) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungan nya.
2) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkominikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
BAB III
ISI
A. Konsep TAK
1. Kriteria anggota kelompok
a. Klien yang mengikuti TAK stimulasi persepsi adalah klien dengan halusinasi, isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah.
b. Klien sudah kooperatif
2. Proses seleksi
a. Perawat mengidentifikasi jenis TAK yang akan diberikan yaitu TAK stimulasi persepsi
b. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan klien yaitu klien dengan halusinasi, isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah.
c. Perawat mengidentifikasi jumlah klien dengan dengan halusinasi, isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah.
3. Uraian struktur kelompok
a. Tempat Pertemuan : Ruangan Belimbing
b. Hari/Tanggal/Jam : Senin/24 Desember 2012/Pkl 15.00-15.30 WIB
c. Lama : 20 menit
d. Jumlah Anggota : 5 orang
e. Perilaku yang Diharapkan : Peserta dapat mengungkapkan pendapat dari gambar yang diperlihatkan
f. Metode : Diskusi dan dinamika kelompok
g. Alat yang Digunakan : Gambar, name tag, speaker, handphone.
h. Pengorganisasian :
1) Leader : Joko Aji Pranoto, S.Kep
Tugas:
a) Menyusun rencana aktifitas kelompok (proposal)
b) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
d) Sebagai “role model”
e) Memotivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan dan pikiran
f) Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan dalam perasaan dan perilaku dengan anggota lain
g) Membuat tata tertib bagi anggota kelompok demi kelancaran diskusi
2) Co-Leader : Indah Juwita Sari, S.Kep
Tugas :
a) Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok
b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke pimpinan
c) Mengingatkan pimpinan bila diskusi menyimpang
d) Bersama leader menjadi contoh untuk kerja sama yang baik
3) Fasilitator :
a) Ivke Alen Makasihi, S.Kep
b) Prishila Sulu. P, S.Kep
Tugas :
a) Membantu leader memfasilitasi dan memotivasi anggota untuk berperan aktif
b) Menjadi contoh bagi klien selama proses kegiatan
c) Mengatur musik
4) Observer : Rizky Aulia Rachman, S.Kep
Tugas :
a) Mengobservasi setiap respon klien
b) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien
c) Memberikan umpan balik pada kelompok
i. Setting Tempat : Peserta dan Terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.
Keterangan :
L : Leader F : Fasilitator
O : Observer P : Peserta
CL : Co-Leader M: Musik
B. Konsep Stimulasi
1. Langkah-langkah kegiatan
a. Tahap Persiapan
a) Terapis memilih klien sesuai dengan indikasi
b) Terapis membuat kontrak dengan klien
c) Terapis mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
d) Peserta dan Terapis memakai name tag
b. Tahap Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
2) Evaluasi/Validasi
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melihat gambar dan memberi pendapat tentang gambar tersebut.
2) Terapis menjelaskan aturan main yaitu :
a) Bila ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada fasilitator dan jika dia meninggalkan lebih dari 3 menit kita kasih hukuman
b) Lama kegiatan 20 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d. Tahap Kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu melihat gambar dan klien memberi pendapat tentang gambar tersebut.
2) Terapis memutarkan musik ke klien sambil bermain ular-ularan.
3) Saat musik berhenti, maka klien yang tertangkap di suruh untuk memberi pendapat tentang gambar tersebut yang sebelumnya memberitahu nama lengkap, nama panggilan dan hobi.
4) Setelah itu di minta salah satu klien sesuai keinginan terapis untuk memberikan tanggapan tentang pendapat yang diberikan oleh klien lain.
5) Begitu seterusnya sampai semua klien mendapat giliran
6) Setiap kali klien selesai memberi pendapat dan tanggapan tentang gambarnya, terapis mengajak klien lain bertepuk tangan.
7) Terapis menyimpulkan hasil TAK yang sudah berhasil dicapai.
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi subjektif
Terapis menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan TAK stimulasi sensori.
b) Evaluasi objektif
(1) Terapis menayakan kembali gambar apa dan apa maknanya pada klien
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk memaknai gambar-gambar disekitar rumah sakit dan mencoba untuk mengartikan gambar tersebut.
3) Kontrak Yang Akan Datang
(1) Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang yaitu menonton TV
(2) Menyepakati waktu dan tempat
2. Jalanya strategi pelaksanaan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assalammualaikum teman-teman.....?” ”Selamat pagi semua...?” “ada yang kenal sama saya? baiklah perkenalkan nama saya Joko Aji Pranoto, biasa di panggil Joko. saya sebagai leader/ketua kelompok disini, disebelah kiri saya adalah co-leader namanya suster Indah, disebelah kanan saya observer namanya Rizky, dan yang disamping teman-teman sebagai fasilitator yaitu sebelah kiri saya yaitu Ivke, sebelah kanan saya yaitu Chila”.
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana kabarnya hari ini..?” “Istirahatnya semalam bagaimana enak atau tidak..?”
3) Kontrak
“Bapak-bapak tujuan kegitan kita kumpul disini yaitu akan melakukan TAK melihat gambar-gambar yang sudah dipersiapkan oleh kami. Kemudian nanti teman-teman memberi pendapat tentang gambar tersebut.” “sampai detik ini ada yang mau ke kamar mandi?”
“Baiklah teman-teman ya, aturan main kita yaitu barang siapa yang mau meninggalkan tempat permainan ini misalnya dia mau ke WC atau mau minum, terlebih dahulu dia meminta izin sama fasilitator yang ada di belakang teman-teman. Jika siapa yang meninggalkan permainan ini lebih dari 3 menit dia kita kasih hukuman menjelaskan gambar terlebih dahulu.”
“Lama permainan yaitu 20 menit, dan lamanya melihat gambar yaitu 2 menit ya teman-teman, jika nanti kalau sudah selesai melihat gambar, gambarannya diletakan diatas kursi dan bapak semuanya berdiri kita bermain ular-ularan dengan fasilitator memutar musik, teman-teman sambil mengelilingi kedua perawat dan jika pada saat musik berhenti salah satu teman-teman yang terangkul oleh kedua tangan perawat dia wajib mengambil gambarnya tersebut dan menyebutkan apa gambarnya dan apa arti dari gambar tersebut”
“Semua bapak-bapak wajib mengikuti kegiatan sampai selesai ya”
“Tujuan umum yaitu teman-teman dapat merespon terhadap kegiatan yang saya berikan seperti menggambar.
“Tujuan khususnya bapak-bapak adalah :
1. Bapak-bapak mampu merespon terhadap suara yang di dengar saat kami memutar musik nanti.
2. Teman-teman mampu merespon terhadap gambar yang dilihat.
3. Teman-teman mampu memberikan tanggapan tentang pendapat orang lain.”
b. Fase Kerja
“Baiklah teman-teman ya, nanti teman-teman melihat gambar sesuai dengan apa yang ada di depan teman-teman, nanti teman-teman yang tertangkap sebutkan kepada teman-teman bapak gambar apa? Misalnya gambar orang sedang cuci tangan, apa arti dari gambar tersebut? Misalnya cuci tangan adalah tindakan untuk menghilangkan kuman”
“Kami akan membagikan gambar-gambar ini yah, nanti teman-teman lihat gambar apa yang ada dikertas ini dan fikirkan makna dari gambar tersebut”
“Terapis melihat respon dari klien dan sambil memberikan semangat saat gambar-gambar itu ada di depan klien”
“Baiklah teman-teman yah, sekarang lihat gambar tersebut selama 2 menit, oke.....waktu sedah selesai untuk melihat gambarnya, harap berdiri semua dan gambarnya diletakan diatas kursi masing-masing dan kita bermain ular-ularan, (main ular-ularan dengan di iringi musik) yap.....ada yang tertangkap rupanya. Oke......yang lain duduk. Dan yang tertangkap coba ambil gambarnya dan artikan gambar apa itu?” “pinter banget......” “Beri tepuk tangan........prok prok prok......”
“oke teman-teman kita lanjutkan lagi yah sampai selesai permainannya....”.
c. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Baiklah teman-teman, bagaimana perasaannya setelah kita melihat gambar dan bermain ular-ularan sambil menyebutkan arti dari gambar kepada orang lain?”
b. Evaluasi Objektif
“Baiklah teman-teman ya, saya akan tanya kembali pada teman-teman untuk menyebutkan gambar yang tadi, ini gambar apa? Apa artinya teman-teman? (Beri pujian jika bapak-bapak bisa menjawab pertanyaan dari terapis). Tepuk tangan untuk semua teman-teman prok.. prok.. prok..... semuanya bagus-bagus dan pinter-pinter.... untuk yang lain yang masih ragu-ragu untuk bicara, jangan malu kita semua adalah teman dan jangan merasa takut dengan kami, yah......”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah teman-teman sekalian, nanti teman-teman lihat gambar-gambar yang ada di sekeliling teman-teman dan coba artikan apa gambar itu”
d. Kontrak yang akan Datang
“Baiklah teman-teman, nanti kita bertemu kembali besok untuk menonton TV”
“teman-teman maunya besok berapa lama kita menontonTV........?”
“Tempatnya maunya dimana yah yang enak.........?”
BAB IV
PENUTUP
A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi, kemampuan yang diharapkan adalah klien dapat merespon terhadap stimulus pancaindra yang diberikan, klien dapat memberikan pendapat tentang arti dari gambar, klien dapat memberi tanggapan tentang pendapat yang diberikan oleh orang lain.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Stimulasi persepsi :Melihat Gambar
Kemampuan memberi respon terhadap gambar
1. Kemampuan Verbal
No
|
Aspek Yang Dinilai
|
Nama Klien
| |||||
1
|
Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
| ||||||
2
|
Melihat gambar sampai selesai
| ||||||
3
|
Menyebutkan dan mengartikan gambar
| ||||||
4
|
Memberi tanggapan dari pendapat orang lain
| ||||||
Jumlah
|
2. Kemampuan Non Verbal
NO
|
Aspek yang dinilai
|
Nama Klien
| |||||
1
|
Kontak Mata
| ||||||
2
|
Duduk Tegak
| ||||||
3
|
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
| ||||||
4
|
Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
| ||||||
Jumlah
|
Petunjuk :
a. Tulis nama klien pada format nama
b. Beri tanda ( √ ) jika klien bisa menggambar dan menyebutkan makna gambarnya dan beri tanda ( - ) bila klien tidak bisa menggambar sama sekali
c. Jumlahkan kemampuan yang dilakukan oleh klien:
1) Setiap kemampuan yang dilakukan memiliki nilai 25%
2) Kemampuan Verbal, disebut mampu jika didapat nilai ≥ 75%, disebut belum jika didapat nilai ≤ 75%
3) Kemampuan Non verbal, disebut mampu jika didapat nilai ≥ 75%, disebut belum mampu jika didapat nilai ≤ 75%.
B. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3 TAK stimulasi persepsi melihat gambar. Klien mengikuti sampai selesai. Klien mampu melihat gambar dengan seksama, menyebutkan nama gambar, dan memberikan pendapat tentang arti gambar. Menganjurkan klien untuk memperhatikan gambar di sekeliling ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Biak. 2012. Proposal terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Halusinasi. Online
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DirjenYanmed
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Editor: Monica Ester. Jakarta: EGC
Putra,Wirahman.2012.http://wirahmanputra.wordpress.com/2011/03/10/proposal-terapi-aktivasi-kelompok-stimulasi-persepsi-sensori-halusinasi/. Diakses tanggal 23 Desember jam 07.00 WIB.
Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Yosep, Iyus . 2007. Keperawatan Jiwa . Bandung: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar