KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Gagal hinjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal
ginjal pada individu dengan keadaan ginjal yang sehat sebelumnya dengan atau
tanpa oliguri yang berakibat progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah.
Gagal ginjal kronik adalah penyimpangan progresif,
fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik dan cairan dan elektrolit mengalami
kegagalan, yang mengakibatkan uremia.
(Mansjoer, Arief, 1999,
hal 531)
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal
yagn progresif dan terus menerus.
(Corwin, Elzabeth, I,
2000, hal 490)
B.
Penyebab
Glomerulonefritis, nefropati anak gosik, nefropati
refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik. Penyebab lain seperti
hipertensi, obstruksi, gout, dan tidak diketahui
(Mansjner Arief, 1999,
hal 532)
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh glomerulonefritis
kronis; Pielonefritis, hipertensi tak terkontrol, lesi berditer seperti pada
penyakit polikistik; kelainan vaskoler, obstruksi saluran perkemihan, penyakit
ginjal sekunder akibat penyakit sistemik (diabetes) : Infeksi, obat-obatan atau
preparat toksit, preparat lingkungan dan okupasi (timah, kadmiom, merkuri dan
kromium)
(Baughman Diane C,
2000, hal 171)
C. Stadium
gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan
GFR. Stadium-stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat GFR yang
tersisa dan mencakup :
1. Penurunan cadangan ginjal
Yang terjadi
apabila GFR turun 50 % dari normal
2. Insufisiensi ginjal
Yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20 - 35 % dari normal semakin
banyak nefron yang mati
3. Gagal ginjal
Yang terjadi apabila GFR kurang dari 20 % dari normal semakin banyak
nefron yagn mati.
4. Penyakit ginjal Stadium Akhir
Yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari 5 % dari normal. Hanya
sedikit fungsional yang tersisa di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan
atrofi tubulus
(Corwin, Elizabeth I,
2000, hal 401)
D. Gambaran klinis
1.
Pada cadangan ginjal tidak tampak gejala-gejala klinis
2.
Pada insufisiensi ginjal, dapat timbul poliurine (
Peningkatan pengeluaran urin, karena ginjal tidak mampu memekatkan urin ).
3.
Pada gagal ginjal, pengeluaran urin turun akibat GFR yang
sangat rendah. Hal ini menyebabkan peningkatan beban volume ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolik azotemia, dan urenia.
4.
Pada penyakit ginjal stadium akhir terjadi azotemia,
dan uremia berat asidosis metabolik memburuk. Yang secara mencolok merangsang
kecepatan pernafasan. Timbul hipertensi anemia osteodistrafi hiperkalemia,
ensefalopati ceremik dan pruritus dapat terjadi gagal jantung kongestif dan
perikarditis tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian.
(Corwin, Eliabetah I,
2000 hal 491)
Umum ; malaise
Kulit :
pucat, mudah lecet rapuh
Kepala dan leher
; Kotor, uremik, lidah kering dan
berselaput
Mata ; fundus hipertensif, mata
merah
Kardiovakular ; Hipertermi,
kelebihan cairan, gagal jantung
Perikarditis
uremik - penyakit vaskuler
Pernafasan ;
Hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura
Gastrointestial ; Anorekisa,
naosea, gastritis, ulkus peptikum, kolitis uremik, diare yang disebabkan oleh
antibiotik
Kemih ; Nakturia,
poliuria, haus, profeinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya
Reproduksi ; Penurunan
libido, impotensi, amenore, infertilitas, ginekomostia, galaktore
Saraf ;
Letargi, malaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, flap, miklonus,
kejang, koma.
Tulang ;
hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D
Sendi ; Gout, pseudogout,
kalsifikasi ekstra tulang
Hematologi ; Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami perdarahan
Endokrin ; multiple
Farmakologi ; obat-obat yang disekresi oleh ginjal
(Mansjrer Arief, 1999,
hal 332)
Manifestasi yang lain antara lain :
1.
Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, gagal ginjal
kongesif, edema pulmonal, perikarditis
2.
Gejala-gejala dermatologis : gatal-gatal hebat,
serangan uremik
3.
Gejala-gejala gastrointestinal : anoreksia, mual muntah
dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut,
kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, dan parotitis atau stomatitis.
4.
Perubahan neuromoskuler : perubahan tingkat kesadaran
kacarmental, ketidak mampuan terkonsentrasi, kedutan otot,dan kejang
5.
Perubahan hematologis, kecenderungan perdarahan
6.
Keletihan, letargik, sakit kepala, kelemahan umum.
7.
Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk karakter
pernafasan menjadi kusmoul dan terjadi koma dalam sering dengan konvulsi dan
kedutan otot.
(Baughman Diane C
2000, hal 171)
E. Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein tertimbun semakin
banyak timbunan hasil pemecahan protein maka gejala akan semakin berat.
- Gangguan Klien ginjal / renal, penurunan fungsi glomerulus menyebabkan penurunan substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal
- Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urine 24 jam untuk pemeriksaan Klien kreatinin menurunnya filtrasi glomerulus, Klien kreaatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat, selain itu, BUU juga akan meningkat.
- Retensi cairan dan natrium ginjal tidak mampu mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secar normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap terubahan asupan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi
- Asidosis dengan berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis metabolik sering dengan ketidak mampuan ginjal mengekresikan muatan Asam (Ht) yang berlebihan tubulus ginjal untuk mengekresi UH3
- Anemia terjadi akibat dari produksi eritroprotein yang tidak adekuat, pada gagal ginjal produksi eritroprotein menurun dan anemia terjadi disertai keletihan, angina dan nafas sesak
- Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat dengan menurunnya kadar fosfat serum dan penurunan kalsium pada gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi paratomin akibatnya kalsium dalam tulang menurun
F. PENCEGAHAN
Obstruksi
dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali
tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan
kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap
peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan
pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan
kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi
sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah
medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami
stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
G. Penatalaksanaan
1.
Tentukan dan tata laksana penyebabnya
2.
Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam
3.
Diet tinggi kalori dan rendah protein
4.
Kontrol hipertensi
5.
Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
6.
Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
7.
Deteksi dini dan terapi infeksi
8.
Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
9.
Deteksi dan terapi komplikasi
10. Persiapkan
dialisis dan program transpantasi
(Mansjrer Arief, 1999,
hal 534)
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal
tujuan penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut,
terutama dengan retriksi protein dan obat-obat antrhipertensi. Pada gagal
ginjal terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Pada penyakit ginjal stadium akhir stadium pencegahan infeksi perlu
dilakukan.
(Corwin, Elizabeth I
2000, hal 492)
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mengembalikan
fungsi dan ginjal dan mempertahankan homeostatis selama mungkin
1.
Intervensi diet dan pengaturan cermat terhadap masukan
protein, cairan, natrium, dan pembatasan kalium
2.
Pastikan masukan kalor dan suplemen vitamin yang
adekuat
3.
Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia
4.
Suplai kalori dengan karbohidrat dan lemak untuk
mencegah pelisutan otot
5.
Berikan suplemen vitamin
6.
Tangani hipertensi dengan kontrol volume intravoskuler
dan obat anti hipertensif
7.
Atasi gagal jantung dan edema pulmonel dengan
pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik prepart inotropik dan dialisis
8.
Atasi asidosis metabolik jika perlu dengan suplemen
natrium bikarbonat dan dialisis
9.
Atasi hiperkalemia dengan dialisis
10. Amati
terhadap tunda dini abnormalitas neoroliogis
11. Lindungi
terhadap cedera
12. Catat
amitan tipe, durasi dan efek umum kejang pada Pasien
13. Berikan
diazepam intravena (vakoin) atau tenitoni (dilantin) untuk mengontrol kejang
14. Atasi
anemia dengan rekombikan eritropoetis manusia, pantau hematokirit sering
sesuaikan pemberian heparin sesuai keperluan untuk mencegah pembekuan aliran
dialisis selama tindakan
15. Pantau
kadar besi serum
16. Pantau
tekanan darah dan kadar kalium serum
17. Lakukan
dialisis saat Pasien tidak dapat mempertahankan gaya hidup
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000),
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1.
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
2.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume cairan tidak seimbang
oleh karena retensi Na dan H2O.
3.
Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
4.
Perubahan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis
respiratorik.
5.
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
6.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan.
I. INTERVENSI
1.
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria
hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi
jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian
kapiler
Intervensi:
a.
Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b.
Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c.
Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d.
Kaji tingkat aktivitas, respon
terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
2.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang
oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal
tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan
antara input dan output
Intervensi:
a.
Kaji status cairan dengan menimbang
BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b.
Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran
urin, dan respon terhadap terapi
c.
Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan
d.
Anjurkan pasien / ajari pasien
untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3.
Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang
adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a.
Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b.
Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang
dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c.
Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
makanan
d.
Tingkatkan kunjungan oleh orang
terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e.
Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa
tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4.
Perubahan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a.
Auskultasi bunyi nafas, catat
adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b.
Ajarkan pasien batuk efektif dan
nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c.
Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d.
Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya
sesak atau hipoksia
5.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pruritis
Tujuan:
Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
-
Mempertahankan kulit utuh
-
Menunjukan perilaku / teknik untuk
mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a.
Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b.
Pantau masukan cairan dan hidrasi
kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan
yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c.
Inspeksi area tergantung terhadap
udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d.
Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan
perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e.
Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f.
Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan
kulit
g.
Anjurkan pasien menggunakan kompres
lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko
cedera
h.
Anjurkan memakai pakaian katun
longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan
evaporasi lembab pada kulit
6.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat
ditoleransi
Intervensi:
a.
Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b.
Kaji fektor yang menyebabkan
keletihan
c.
Anjurkan aktivitas alternatif
sambil istirahat
d.
Pertahankan status nutrisi yang
adekuat
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E,
Marilynn, dkk. (1999). Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan
Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar