Jumat, 03 Februari 2017

10 konflik yang ada di indonesia dan cara penyelesaiannya



 10 KONFLIK DI INDONESIA DAN CARA PENYELESAIANNYA


1.    Konflik yang terjadi antar individu dan kelompok.

Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politikekonomisosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Bagaimana cara penyelesaian konflik
Penyeselaian dari konflik antar individu dan kelompok adalah dengan cara timbulkan dalam diri masing rasa saling menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa  menghindarkan kita dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya suatu konflik. Tetapi bagaimana jika suatu konflik itu terjadi antara kelompok dan kelompok? Untuk menyelesaikannya kita perlu tahu dan paham akan permasalahan yang sedang dipermasalahkan, dan kita harus punya strategi untuk menyiasati sebuah konflik.
Strategi dalam menyiasati konflik
·         Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”.
·         Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
·         Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
·         Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
·         Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
·         Netralisasi Sikap
Bahwa sikap memihak pada salah seorang atau golongan yang sedang berselisih akan mempertajam perselisihan konflik tersebut. Maka sikap yang paling tepat adalah netral atau tidak memihak dan bahkan diusahakan untuk menjadi mediator di dalam mengatasi konflik tersebut.
·         Mengubah Sikap
Kemungkinan terjadinya konflik dapat disebabkan oleh sikap salah seorang anggota kelompok atau organisasi yang dirasa tidak tepat oleh anggota/kelompok lain. Jika hal ini terjadi maka kita harus cepat dan tanggap untuk mengubah sikap kita.
·         Mengurangi Perbedaan Yang Ada
Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah karena adanya perbedaan pandangan atau kepentingan diantara anggota organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu kita harus berupaya untuk mengurangi adanya perbedaan-perbedaan tersebut, dan bahkan sedapat mungkin mengubah perbedaan tersebut menjadi sinergi yang akan mendorong tercapainya tujuan organisasi.
·         Memecahkan Masalah Bersama-sama
Suatu masalah akan dapat diatasi dengan baik, jika semua elemen atau pihak yang berada dalam organisasi tersebut dilibatkan dan berpartisipasi untuk mengatasi permasalahan atau konflik yang terjadi. Oleh karena itu kita harus menghindari terjadinya konflik di tempat kerja, bahkan indikasi konflik hendaknya diusahakan untuk diubah menjadi kerja sama

2.      Konflik anak-anak yang putus sekolah dikarenakan membantu orang tuanya.
Banyak anak usia wajib belajar yang putus sekolah karena harus bekerja. Kondisi itu harusnya menjadi perhatian pemerintah karena anak usia wajib belajar mesti menyelesaikan pendidikan SD-SMP bahkan SMA tanpa hambatan termasuk persoalan biaya. Berdasarkan data survei yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik pada 2006 bahwa tercatat anak usia 10-17 tahun telah menjadi pekerja sebanyak 2,8 juta anak. Dari hasil studi anak, ditemukan bahwa anak-anak usia 9-15 tahun terlibat dengan berbagai jenis pekerjaan yang berakibat buruk terhadap kesehatan fisik, mental, emosional dan seks.
Awalnya mereka hanya sekedar membantu orang tua, tetapi kemudian terjebak menjadi pekerja permanen lalu sering bolos sekolah dan akhirnya putus sekolah.
Solusi untuk cara penanganannya :
Bagi anak-anak miskin, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) saja belum cukup. Semestinya pemerintah serta pihak sekolah memikirkan untuk memberikan beasiswa tambahan untuk pembelian seragam dan alat tulis serta biaya transportasi dari rumah ke sekolah agar anak-anak usia wajib belajar tidak terbebani dengan biaya pendidikan dan pada akhirnya harus kehilangan kesempatan untuk menggali ilmu dan harus meninggalkan dunia sekolah untuk bekerja.

3.      Konflik tawuran antar pelajar
Perkelahian atau yang sering disebut tawuran sering sekali terjadi diantara pelajar. Bahkan bukan hanya pelajar SMA. tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Tawuran yang terjadi apabila dapat dikatakan hampir setiap bulan, minggu, bahkan mungkin hari selalu terjadi antar pelajar yang kadang-kadang berujung dengan hilangnya satu nyawa pelajar secara sia-sia. Pelajar yang seharusnya menimba ilmu di sekolah untuk bekal mass depan yang lebih baik menjadi penerus bangsa malah berkeliaran diluar dan melakukan hal-hal yang dapat berakibat fatal.
Menurut saya, yang harusnya patut dipertanyakan tentang tanggung jawab itu yaitu pihak keluarga mereka masing-masing. Salah satu faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar ialah ketidakmampuan orangtua menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam mendidik dan melindungi anak. Padahal, dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 26 ayat 1 telah ditegaskan bahwa orangtua berkewajiban dalam melindungi anak, baik dalam hal mengasuh, memelihara, mendidik, melindungi, maupun mengembangkan bakat anak. Menyalahkan pihak sekolah atas terjadinya tawuran merupakan sasarann yang kurang tepat karena mungkin pihak sekolah bukannya seperti menutup mata atas apa yang terjadi pada anak didiknya, tapi semua itu karena terbatasnya kewajiban mereka sebagai pendidik, yang secara tidak langsung dapat dikatakan pihak sekolah tidak dapat selalu memantau apa yang terjadi di luar sekolah karena banyaknya anak-anak yang harus mereka pantau. 
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan didalam diri indivudu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang pelajar/remaja terlibat perkelahian(tawuran). 
 Solusi untuk penanganannya:
Berikut ini merupakan beberapa solusi yang dapat digunakan untuk menangani konflik mengenai tawuran antar pelajar yang sering terjadi di Indonesia.
a.       Para siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika cara penyelesaiannya menggunakan kekerasan.
b.      Melakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
c.       Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
d.      Ajarkan ilmu sosial budaya karena sangan bermanfaat untuk pelajar khususnya agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
e.       Bagi para orang tua, mulailah belajar jadi sahabat untuk anak-anaknya.
f.       Dibuatnya sekolah khusus dalam lingkungan penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang terlibat tawuran.
g.      Perbanyak kegiatan ekstrakulikuler atau organisasi yang terdapat di sekolah.
h.      Diadakannya pengembangan bakat dan minat pelajar.
i.        Diberikannya pendidikan agama sejak usia dini,
j.        Boarding school (sekolah berasrama).

4.      Konflik Intrapersonal
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda satu dengan lainnya. Kebutuhan dan kepentingan akan suatu hal yang nyata dalam hidupnya inilah yang menjadi factor penyebab konflik. Karena, dalam menjalani hidup , seseorang harus dihadapkan pada dua pilihan yang pada akhirnya harus menentukan salah satu di antaranya yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya.
Sebagai contoh, misalnya salah satu anggota dari kelompok kami yang bernama Muhamril Diapari, kita sebut saja Aril. Dia membutuhkan sebuah laptop dengan kualitas yang terbaik tentunya dengan harga yang terjangkau, sesuai dengan keuangan yang Dia miliki sekarang. Namun, setelah dia melihat referensi penjualan laptop di internet, Dia menemukan dua pilihan laptop, yang pertama ada Asus dengan performa dan kualitas yang bagus tetapi dengan harga yang mahal, kedua ada Acer dengan performa dan kualitas yang kurang bagus dan tentunya dengan harga yang lebih murah. Disini, Aril mengalami kegalauan Dia harus memilih salah satu dari kedua produk tersebut, apabila Aril memilih Asus Dia akan mendapatkan laptop yang sesuai dengan keinginanya tetapi budget yang dia miliki tidak memungkinkan dan apabila Aril memilih Acer dia bisa langsung membelinya tetapi, keinginan dia untuk mendapatkan laptop dengan kualitas terbaik tidak dapat terpenuhi. Apa yang harus Aril lakukan? Disini, kita akan membantu Aril dengan memberikan solusi dan analisis dari konflik yang sedang dihadapinya.
Solusinya, mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu hal yang mudah. Cepat tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan individu yang bersangkutan untuk menyelesaikan konflik secara efektif.  Atur dan rencanakan kembali keuangan untuk beberapa waktu kedepan, sampai uang yang dimiliki sudah cukup untuk mendapatkan laptop dengan kualitas yang terbaik.
Analisisnya, menurut bentuk – bentuk konflik, konflik ini termasuk ke dalam konflik pendekatan-pendekatan, dimana seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik. Sedangkan, Menurut metode konflik intrapersonal konflik ini perlu diselesaikan dengan adanya kesabaran untuk mendapatkan kualitas laptop yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Setiap keputusan untuk memilih dua hal yang sama-sama menarik harus di pikirkan terlebih dahulu secara matang, tentunya dengan perencanaan yang telah di buat. Karena tanpa di pikirkan terlebih dahulu, dan langsung mengambil tindakan maka kita harus siap dengan konsekuensinya, dan diperkirakan kita tidak akan mendapatkan barang atau pilihan yang sesuai dengan keinginan kita. Konflik yang diatur dan ditata secara baik dapat menjadi sebuah keuntungan, disinilah kita harus memenejemenkan sebuah konflik, agar konflik tersebut berakhir menjadi sebuah keberutungan, bukan malah menjadi sebuah keburukan

5.      Konflik Antar Negara
No
Permasalahan
Negara lain yang terlibat
Penyelesaian
1
Kasus Ambalat
Malaysia
Melakukan pertemuan liberal guna membahas masalah dengan perundingan, dan memutuskan Pulau Ambalat tetap sebagai wlayah NKRI
2
Kasus Wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datuk
Malaysia
Melalui pertemuan Indonesia – Malaysia di Semarang pada tahun 1978, memutuskan wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datuk menjadi bagian dari wilayah Malaysia
3

Kasus Pulau Simakau
Singapura
Melakukan klarifikasi bahwa pulau yang dimaksud adalah pulau Simakau milik Singapura. Jadi, terdapat dua pulau yang bernama sama yang dimiliki Indonesia dan Singapura
4
Kasus Pulau Batik
Timor Leste
Pemangku adat antara wilayah Perbatasan Amyoung dan Ambenu, ingin menyelesaikan titik batas dan meminta izin pemerintah pusat untuk memfasilitasi tersebut. Kedua Negara belum diperbolehkan beraktivitas di daerah perbatasan tersebut
5
Kasus Pulau Miangas
Filiphina
Dinyatakan lebih lanjut dalam protocol perjanjian ekstradisi Indonesia – Filiphina mengenai defisi wilayah Indonesia yang menegaskan Pulau Miangas adalah Milik Indonesia atas dasar putusan Mahkamah Arbitrase Internasional 4 April 1928
6
Kasus Pulau Nipa
Singapura
Kementrian Pertahanan Mengkampanyekan Untuk Mereklamasi Pulau Nipa karena pada tahun 2004 sampai 2008 penduduk menjual pasir pantai Pulau Nipa kepada Singapura. Langkah KemHan ini menghabiskan dana lebih dari 300 Milyar Rupiah.


6.      Konflik antar suku di Tarakan, Kalimantan Timur
Kota Tarakan yang terkenal dengan nama “Bumi Paguntaka” memiliki karakteristik masyarakat yang majemuk, karena terdiri atas sejumlah suku bangsa dan etnis yang hidup saling berdampingan dalam suasana kebudayaan umum-lokal, namun tetap mempertahankan identitas sosial-budayanya. Penduduk asli Kota Tarakan itu sendiri adalah suku Tidung, yang wilayah aslinya berada di bagian utara Kaltim dan Sabah (Malaysia). Namun kemajemukan masyarakat di Kota Tarakan, menimbulkan dampak negatif, salah satunya konflik antar etnis yang berbeda pada tanggal 26 September 2010. Kerusuhan ini bermula dari kisruh dua orang. Tapi berlanjut menjadi konflik dua etnis dengan perang terbuka dan korban tewas jatuh dari kedua belah pihak. Persoalan bukan antar suku tapi sebagai individu. Konflik di Tarakan terjadi antara 2 kelompok warga. Akibat peristiwa itu seorang warga, Abdullah (50), tewas terkena tusukan senjata tajam. Sebanyak 9 warga lainnya diamankan Polres Tarakan. Peristiwa itu dipicu perselisihan antar 2 kelompok anak muda yang berujung bentrok ratusan orang warga dimana telah terjadi penyerangan ke pemukiman di Tidung kota Tarakan. Massa yang datang menyerbu masuk dari arah pantai, daerah Selumit lalu menyerbu ke pemukiman warga.
Di daerah Selumit dijaga ketat petugas Garnisun dan TNI Angkatan Laut. Kota Tarakan lumpuh total. Toko-toko, rumah, pusat perbelanjaan ditutup. Warga ketakutan karena bentrok kembali terjadi dan dikhawatirkan meluas. Ribuan pengungsi korban konflik etnis di Tarakan terus memadati markas TNI .Mereka tersebar antara lain di Markas Batalion Infanteri 163/Raja Alam, Markas TNI Angkatan Udara, dan Markas TNI Angkatan Laut. Selain juga di kantor-kantor Polri seperti Mapolsek, Mapolres, dan Kantor unit satuan lantas Polres Tarakan. Pada konflik tersebut, resolusi konflik terjadi setelah semua pihak terutama para Muspida dan tokoh masyarakat melakukan pertemuan. Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak beserta sejumlah pejabat pemerintahan, berhasil mendamaikan dua kelompok warga yang bertikai di Tarakan. Kesepakatan damai itu tercapai dalam suatu pertemuan yang dilaksanakan di ruangan rapat VIP Bandara Internasional Juwata. Dalam kesepakatan tersebut, Fokum Komunikasi Rumpun Tidung (FKRT) bertindak sebagai pihak pertama dan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) sebagai pihak kedua, menyepakati sepuluh butir perdamaian. Dalam perundingan kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Yancong mewakili KKSS dan Sabirin Sanyong mewakili FKRT. Inti kesepakatan adalah kedua belah pihak mengakhiri segala bentuk pertikaian dan membangun kerjasama harmonis demi kelanjutan pembangunan Kota Tarakan. Kedua belah pihak memahami bahwa apa yang terjadi merupakan murni tindak pidana dan merupakan persoalan individu. Selanjutnya, disepakati pembubaran konsentrasi massa di semua tempat, sekaligus melarang dan atau mencegah penggunaan senjata tajam dan senjata lainnya di tempat-tempat umum. Selain itu, masyarakat yang berasal dari luar Kota Tarakan yang berniat membantu penyelesaian perselisihan agar segera kembali ke daerah masing-masing selambat-lambatnya 1 kali 24 jam. Sedangkan para pengungsi di semua lokasi akan dipulangkan ke rumah masing-masing, difasilitasi Pemkot Tarakan dan aparat keamanan. Apabila kesepakatan damai dilanggar, aparat akan mengambil tindakan tegas sesuai perundang-undangan. Usai penandatangan kesepakatan, seluruh pihak yang terlibat langsung melakukan sosialisasi ke kelompok yang bertikai .
Analisa Kasus
Jika dilakukan analisa yang mendalam mengenai resolusi konflik pada kasus kerusuhan Tarakan ini, maka kita akan melihat bagaimana wujud penyelesaian konflik yang dilakukan dengan cara kompromi dan perundingan. Sebagaimana kita ketahui, manajemen penyelesaian konflik dengan cara ini merupakan bentuk penyelesaian konflik di mana masing-masing pihak tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah (neither win-win nor lose-lose approach). Pihak yang terlibat saling memberik kelonggaran atau konsesi. Kedua pihak mendapatkan apa yang diinginkan tetapi tidak penuh, dan kehilangan tetapi tidak seluruhnya. Kesepakatan yang dicapai antara kedua pihak melalui point kesepahaman dalam butir-butir perundingan tersebut menunjukkan terjadinya kelonggaran dan konsesi dari para pihak yang berkonflik. Tidak ada pemenang antara pihak FKRT maupun KKSS.
Selanjutnya, apa yang dilakukan oleh pihak Muspida baik dari Gubernur Kalimantan Timur, Bupati dan Pemda setempat serta unsur Kepolisian dan TNI, dalam mempertemukan kedua belah pihak yang bertikai dapat kita simpulkan bahwa hal tersebut adalah model penyelesaian konflik dalam bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR). Model resolusi konflik ini merupakan cara dimana terdapat alternatif penyelesaian konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang berperan di sekitar mereka. Bisa dari tokoh masyarakat juga dari aparat dan pada kasus perdamaian antara FKRT dan KKSS pihak ketiga adalah para Muspida. Penyelesaian dengan model ini memang tidak menjamin akan terjadinya penuntasan, karena benih-benih pertikaian sudah terlanjur pecah. Akan tetapi, model penyelesaian konflik dengan ADR ini merupakan wujud win-win solution yang paling baik dari diterapkan pada kasus kerusuhan Tarakan ini.

7.      Konflik antar agama (konflik Kabupaten Tolikara)
Konflik di Tolikara sangat menyedihkan dan patut dikecam sekeras-jerasnya. Pertama, umat Nasrani dari Gidi (Gereja Injili di Indonesia) menyerang umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H di Markas Korem 1702-11 di Tolikara. Pada hal umat Islam dimanapun tidak pernah melakukan tindakan bar-bar yang melarang apalagi mengusir umat Nasrani yang sedang melaksanakan ibadah. Kedua, aparat keamanan sama sekali tidak antisipatif. Sejatinya antisipatif, karena pimpinan Gidi sudah membuat surat yang melarang umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri dilapangan dan memasang pengeras suara. Selain itu, pada saat yang sama, umat Nasrani dari Gidi melaksanakan kebaktian rohani sekaligus seminar internasional dengan jarak sekitar 200 meter dari lapangan tempat diselenggarakannya shalat Idul Fitri, sehingga patut di duga bisa menciptakan konflik horizontal. Ketiga, aparat intelejen dapat dikatakan tidak bekerja, sehingga kebobolan dan terjadi konflik yang nyaris memporak-porandakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Keempat, aparat keamanan sama sekali tidak berdaya menghadapi massa Gidi yang beringas, sehingga leluasa mengusir umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri. Akibatnya mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari amukan massa Gidi. Kelima, ekstrimisme yang selama ini disandangkan kepada umat Islam, dan dalam banyak kasus menjadi sasaran penyerangan dari Densus 88 dalam memerangi terorisme, terbukti pada agama lain melakukan hal yang sama, tetapi treatmentnya berbeda. Ini bisa menimbulkan perasaan tidak adil karena tidak equal dalam penanganannya.
Permasalahan di Tolikara Tolikara sebagai bagian dari Papua dan bangsa Indonesia menyimpan banyak permasalahan. Saya menduga paling tidak ada 5 (lima) masalah besar yang dihadapi masyarakat Tolikara.
Pertama, kurang pendidikan. Merujuk pernyataan Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada saat buka puasa Kahmi di rumah dinasnya di Widya Chandra Jakarta Selatan beberapa hari menjelang Idul Fitri 1436 H bahwa 76 persen pendidikan masyarakat Indonesia hanya tamat SMP ke bawah, dan hanya 6 persen yang berpendidikan sarjana, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan masyarakat Tolikara pasti tidak jauh berbeda seperti yang diungkapkan Menteri Anies Baswedan. Ini masalah besar karena mereka yang berpendidikan rendah bukan saja mudah disulut untuk konflik, tetapi hampir dipastikan mereka hidup miskin dan terkebelakang.
Kedua, kesenjangan sosial ekonomi. Konsekuensi logis dari kurang pendidikan, maka masyarakat asli Tolikara tidak bisa bersaing dalam bidang ekonomi. Akibatnya pendatang yang pada umumnya Muslim lebih menguasai ekonomi, sehingga terjadi kesenjangan ekonomi yang kemudian menghadirkan kecemburuan sosial. Hal tersebut menjadi salah satu pemicu konflik horizontal di Tolikara.
Ketiga, penjajahan ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di negeri yang kita cintai masih terjadi penjajahan ekonomi. Masyarakat Tolikara, saya menduga mereka juga merasakan hal itu. Papua yang kekayaan alamnya luar biasa, tetapi masyarakatnya masih hidup miskin dan terkebelakang. Jika ada yang memicu, maka mereka segera melampiaskan kemarahan dengan melakukan konflik seperti konflik Tolikara.
Keempat, ketidak-adilan dalam berbagai bidang. Masyarakat Tolikara, saya fikir mereka juga merasakan banyaknya ketidakadilan dalam bidang ekonomi, sosial, hukum dan sebagainya, sehingga mudah disulut untuk melakukan konflik. Berbagai ketidakadilan merupakan hotspot yang setiap saat bisa melahirkan konflik horizontal dan vertikal.
Kelima, separatisme. Permasalahan terbesar yang dihadapi di Tolikara dan Papua ialah adanya agenda memisahkan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Masalah ini tidak kunjung selesai karena pihak asing turut bermain untuk mendorong Papua merdeka seperti Timor Timur. Dengan demikian, konflik Tolikara merupakan akumulasi dari berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat yang selama ini terpendam akibat pendekatan represif.
Solusi atau penyelesaiannya
Adapun solusi yang ditawarkan untuk mengakhiri secara permanen konflik Tolikara dan konflik lainnya di Papua.
Pertama, meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan anak-anak Tolikara dan anak-anak Papua, tidak hanya memberikan kognitif (kecerdasan) kepada anak didik, tetapi sangat penting menanamkan dan menumbuhkan afektif kepada anak didik supaya cinta Indonesia, cinta tanah air, cinta persatuan dan kesatuan, disiplin dan bertanggungjawab. Untuk mewujudkan hal itu, sangat diperlukan pengiriman tenaga guru sukarela untuk ditugaskan di Tolikara dan Papua serta daerah-daerah lain diperbatasan Indonesia.
Kedua, dialog, silaturrahim dan social welfare. Untuk menyelesaikan konflik Tolikara dan Papua, tidak boleh hanya mengedepankan pendekatan hukum, tetapi amat diperlukan dialog, silaturrahim dan pendekatan social welfare (kesejahteraan sosial) yang memberdayakan dan memajukan serta memberi martabat kepada penduduk asli dengan pendatang yang difasilitasi pemerintah setempat. Dialog dan rembukan dalam berbagai persoalan dibutuhkan untuk menciptakan understanding (saling pengertian) dan kerjasama untuk sama-sama maju dan sejahtera bersama.
Ketiga, mewujudkan keadilan ekonomi. Kesenjangan sosial ekonomi tidak mungkin bisa diwujudkan jika tidak ada special treatment dan affirmative action terhadap penduduk asli. Mereka harus diberi perlakuan istimewa dan aksi pemihakan terhadap penduduk asli dalam upaya membangun keadilan ekonomi.
Keempat, penjajahan ekonomi harus diakhiri dengan mewujudkan persatuan yang sekuat-kuatnya di kalangan bangsa Indonesia agar tidak mudah dipecah belah oleh penjajah ekonomi, menumbuhkan kesadaran dikalangan bangsa Indonesia, menegakkan Tri Sakti Bung Karno, dan hukum di bidang ekonomi.
Kelima, melakukan perundingan dengan kelompok-kelompok separatis di Tolikara dan Papua untuk menemukan solusi permanen terhadap Tolikara dan Papua untuk memastikan bahwa Papua selamanya berada dalam pangkuan NKRI

8.      Konflik golongan politik
Setelah Indonesia merdeka, konflik politik sudah terjadi bahkan sejak Ir. Soekarno masih menduduki posisinya sebagai presiden Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan, harta, dan tahta, sangat identik dengan konflik politik yang terjadi. Begitu pula dengan konflik internal yang sudah dialami Partai Golkar sejak setelah reformasi. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di dalam tubuh Partai Golkar pun tidak jauh-jauh dari masalah perebutan kekuasaan. Konflik yang terjadi dalam Partai Golkar melibatkan patinggi-petinggi Partai Golkar itu sendiri yang sama-sama mengklaim bahwa merekalah yang paling benar. Dalam konflik ini masing-masing pihak lebih mengutamakan keegoisan merekan untuk berebut kursi sebagai Ketua Umum Partai Golkar sehingga sulit untuk menemukan jalan keluar meski sudah mengadakan beberapa kali Perundingan Islah.
Penyelesaiannya
Perundingan islah pertama dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2014 dengan hasil:
  1. Sepakat untuk melokalisasi kepengurusan kembar hanya di DPP saja,
  2. Sepakat untuk menghindari Mahkamah Partai dan Pengadilan,
  3. Sepakat untuk tidak melakukan penggalangan dukungan,
  4. Sepakat untuk mendukung pemilihan Kepala Daerah secara langsung,
  5. Tidak menyepakati posisi Partai Golkar di KMP (Koalisi Merah Putih).
Kemudian perundingan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2015 dengan hasil:
  1. Sepakat dengan sistem pemilihan Kepala Daerah secara langsung,
  2. Sepakat ingin memenangkan pemilihan umum 2019,
  3. Sepakat untuk menyerahkan urusan mengenai pemilihan Kepala Daerah kepada masing-masing DPD,
  4. Sepakat untuk tidak menjatuhkan pemerintahan Presiden Jokowi lima tahun kedepan,
  5. Tidak menyepakati posisi Partai Golkar di KMP.
Lalu perundingan yang selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2015 dengan hasil:
  1. Sepakat merger kepengurusan Partai Golkar,
  2. Sepakat untuk menerima siapapun yang akan menjadi Ketuan Umum Partai Golkar yang baru,
  3. Sepakat untuk tidak melahirkan partai baru,
  4. Untuk sementara abaikan posisi Partai Golkar di KMP

9.      Konflik perbedaan antar individu
Pengertian antar individu merupakan perbedan yang menyangkut perasaan, pendirian,
pendapat atau ide yagn berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, identitas seseorang.
Contoh konflik yang terjadi:
Konflik yang terjadi: dalam suatu angkutan kendaraan umum ada warga yang terbiasa merokok, tetapi warga lain tidak terbiasa dengan asap rokok tersebut. Sehingga ketidaknyamanan merupakan hal yang memicu konflik.
Sebab terjadinya konflik
Penyebab terjadinya konflik tersebut dikarenakan adanya perbedaan diantara kedua individu, dimana menyangkut pendapat menanggapi sesuatu hal.
Dampak konflik
Dampak konflik tersebut diantaranya:
1.      Dampak positif: dapat meningkatkan kesadaran mengenai bahaya rokok
2.      Dampak negatif: timbulnya percekcokan antara penumpang angkutan umum
Cara penyelesaiannya
Diharapkan agar setiap orang memiliki kesadaran akan bahaya merokoksebab bahaya  mempunyai dampak yang besar bagi diri sendiri dan orang lain.

10.  Konflik perbedaan budaya
Pengertian Perbedaan kebudayaan merupakan perbedaan mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.
Contoh konflik yang terjadi
Konflik yang terjadi:
Seseorang yang dibesarkan dengan budaya orang barat yang menjunjung tinggi nilai kebebasan bertemu dengan seseorang yang dibesarkan dengan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan nlai yang dianut oleh kedua belah pihak.
Sebab terjadinya konflik
Penyebab terjadinya konflik tersebut dikarenakan adanya perbedaan nilai diantara kedua belah pihak yang telah mereka terima sejak keci.
Dampak konflik:
1.      dampak positif: perbedaan pendapat dan perbedaan solusi
2.      dampak negatif: timbulnya perselisihan
Cara penyelesaiannya:
Hanya diharapkan agar meningkatkan rasa keterbukaan diri agar dapat menghindari adanya konflik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar