LANDASAN TEORI
IMD
a.
Definisi IMD
IMD atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir (Jenny,2013;h.170). IMD merupakan progam yang sedang gencar
dianjurkan pemerintah. Progam ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan
bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk
menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat
lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi
juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini
berlangsung skin to skin (Sujiyatini dkk,2010;h.106-107).
Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi dini atau lebih dikenal
dengan IMD. IMD di definisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri
setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan
segala upayanya mencari puting untuk segera menyusui. Jangka waktunya adalah
sesegera mungkin setelah melahirkan. IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi,
namun juga si ibu. Dengan demikian, sekitar 22% angka kematian bayi setelah
lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan. Bayi disusui selama 1 jam atau lebih
di dada ibunya segera setelah lahir. Hal tersebut juga penting dalam menjaga
produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar hormon
prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI.
Isapan itu akan meningkatkan produksi
susu 2 kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasaan (Nurheti,2010;h.25).
IMD dapat mencegah 22% kematian bayi dibawah usia 28 bulan di negara-negara
berkembang. IMD saat bayi berusia dua hingga 24 jam pertama setelah lahir dapat
mencegah 16% kematian bayi di bawah usia 28 hari. Menunda IMD akan meningkatkan
resiko kematian pada masa neonatus, bayi usia 0-18 hari (yesie,2010;h.133).
Seseorang ibu yang memerlukan jahitan setelah melahirkan tetap dapat
melakukan sentuhan kulit dengan bayinya. Bayi baru lahir yang sehat dan normal
akan terlihat sadar dan waspada serta memiliki refleks “rooting” (dekat) kepada
ibunya. Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting dan menghisapnya
dalam waktu satu jam setelah lahir. Bila diletakkan sendiri diatas perut
ibunya, bayi baru lahir yang sehat akan merangkak keatas dengan mendorong
kakinya, menarik dengan tangannya dan menggerakkan kepalanya hingga menemukan
puting susu, ibu akan memproduksi oksitosin dalam kadar tinggi. Ini membantu
kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan perdarahan pun
berkurang (yesie,2010;h.132).
Dalam istilah lain, IMD disebut juga sebagai proses Breast Crawl. Dalam sebuah publikasi oleh breastcrawl yang berjudul Breast
Crowl: A Sclentific Overview, ada beberapa hal yang menyebabkan bayi mempu
menemukan sendiri puting ibunya dan mulai menyusu.
1)
Sensory inputs
Ini terdiri dari indra penciuman bayi yang sensitive terhadap bau khas
ibunya setelah melahirkan, indra penglihatan karena bayi baru dapat mengenal
pola hitam dan putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah aerola payudara
ibunya karena warna gelapnya, indra pengecap bayi mampu merasakan cairan
amniotik yang melekat pada jari-jari tangannya sehingga ia suka menjilati
jarinya sendiri saat baru lahir, indra pendengaran sejak dalam kandungan ia
paling mengenal suara ibunya, dan indra perasa dilakukan melalui sentuhan kulit
ke kulit. Ini adalah sensasi pertama antara ibu dan bayi yang memberi
kehangatan dan rangsangan lainnya.
2)
Central component
Otak bayi yang baru lahir sudah siap untuk segera mengeksplorasi
lingkungannya, dan lingkungannya yang paling dikenalnya adalah tubuh ibunya.
Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi
akan kehilangan kemampuan ini. Inilah yang menyebabkan bayi yang langsung
dipisah dari ibunya akan lebih sering menangis daripada bayi yang langsung ditempelkan
ditubuh ibunya.
3)
Motor outputs
Gerak bayi yang merangkak diatas tubuh ibunya adalah gerak yang paling
alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir. Selain berusaha mencapai
puting ibunya, gerakan ini juga memberi benyak manfaat untuk sang ibu, misalnya
mendorong pelepasan plasenta dan mengurangi perdarahan pada rahim. Motor
Outputs dalam prosedur IMD terdiri dari dua komponen utama yaitu kontak antar
ibu dan bayi (skin to skin) dan upaya
menyusu (sucking).
Bayi baru menunjukan kesiapannya dalam 30-40 menit setelah dilahirkan. Pada
persalinan melalui operasi, inisiasi dini butuh waktu hingga lebih dari satu
jam dengan tingkat keberhasilan 50%.
b.
Manfaat IMD
Menurut Yesie
(2010) manfaat IMD untuk bayi dan ibu adalah:
1)
Untuk Bayi
a)
Menurunkan angka kematian
bayi karena hipotermia (Bergman,2005;Bergstorm,2007).
b)
Menghangatkan bayi
melalui dada ibu dengan suhu yang tepat (Franson A,2005;Berstorm,2007).
c)
Bayi mendapatkan
kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan
terhadap infeksi (Hanson L,2004).
d)
Bayi dapat menjilat
kulit ibu dan menelan bekteri yanng aman. Bakteri ini lalu berkoloni di usus
bayi dan menyaingu bakteri patogen (Hanson L,2004).
e)
Menyebabkan kadar
glukosa darah bayi menjadi lebih baik pada beberapa jam setelah kelahiran.
f)
Pengeluaran
mekonium lebih dini sehingga terjadi penurunan intensitas ikterus (kuning) pada
bayi baru lahir.
2)
Untuk Ibu
a)
Ibu dan bayi
menjadi lebih tenang (Kroger dan Smith,2004).
b)
Jalinan kasih
sayang antara ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama
(UNICEF,2007).
c)
Sentuhan, jilatan,
usapan pada puting susu ibu akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin (UNICEF,2007;Mathhiesem et al,2001).
d)
Membantu
menghentikan kontraksi rahim, mengurangi resiko perdarahan, dan mempercepat
pelepasan plasenta (Sobhy,2004).
Beberapa
manfaat lain IMD menurut Nurheti (2010;h.25-26) adalah sebagai berikut:
a)
Ketika bayi
diletakkan di dada ibunya, ia berada tepat diatas rahim ibu. Hal itu membantu
menekan plasenta dan mengecilkan rahim
ibu. Dengan begitu, perdarahan ibu akan berhenti karena ada kontraksi rahim.
Setiap 2 jam, ada ibu meninggal karena perdarahan. Kalau semua melakukan IMD
maka akan ada penurunan angka perdarahan, IMD berlangsung minimal 1 jam dengan
posisi bayi melekat di dada ibunya. Kalau belum mendekat ke puting susu ibunya
maka tambahkan satu setengah jam lagi. Kata kuncinya adalah “segera”.
b)
Rasa kasih sayang
meningkat karena adanya kontak langsung keduanya (kulit dengan kulit).
c)
Ambang nyerinya
akan meningkat sehingga tidak gampang sakit waktu IMD.
d)
Bayi yang dapat
menyusu dini dapat dengan mudah menyusu kemudian hari, sehingga kegagalan
menyusui akan jauh berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat
untuk bayi, pemberian ASI eksklusif akan menurunkan kematian (Sujiyatini,dkk,2010).
e)
Pengisapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi
uterus dan membantu mengendalikan terjadinya perdarahan. (Sujiyatini,dkk,2010).
f)
Dapat memotivasi
dan memulai ASI eksklusif, dengan peristiwa IMD yang berjalan 1 jam dapat
berpengaruh pada masa depan si bayi.
Menurut Nurheti (2010;h.26) dalam perkembangannya, semua bayi akan melalui 5
tahapan yang sama saat IMD, antara lain:
a)
Adaptasi melek
merem, yakni ketika bayi
berhadap-hadapan dengan ibunya.
b)
Sesudah bayi tenang
baru mengecap bagian atas telapak tangannya. Bau di telapak tangan tersebut
mirip dengan ASI yang akan keluar. Jadi, bau ini memandu bayi untuk mencari puting susu ibunya.
c)
Menekan di atas
perut tepat diatas rahim guna menghentikan perdarahan. Hal tersebut dapat
membantu mengecilkan kontraksi rahim.
d)
Waktu merayap, bayi akan menekan payudara dan hal tersebut akan merangsang
susu keluar. Sambil bergerak, ia akan menjilat. Dengan jilatannya
itu, ia mengambil bakteri dari
kulit ibunya. Seberapa banyak ia
menjilat, Cuma ia yang tahu
berapa kebutuhannya akan bakteri yang
masuk ke pencernaannya itu dan menjadi bakteri lactobacillus.
c.
Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut Jenny
(2013;h.173-174) langkah-langkah IMD yang harus dilakukan saat memberikan
asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
Langkah 1:
lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan
1)
Catat waktu
kelahiran bayi
2)
Letakkan bayi di
perut bawah ibu
3)
Kaji bayi apakah
diperlukan resusitasi atau tidak (2 detik).
4)
Bila tidak perlu
resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari wajah, kepala, dan bagian tubuh
lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Setelah kering, selimuti bayi
dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem.
5)
Hindari
mengeringkan tangan bayi.
6)
Lendir cukup dilap
dengan kain bersih. Penghisapan lendir di dalam mulut atau hidung bayi dapat
merusak selaput lendir dan meningkatkan resiko infeksi pernafasan.
7)
Periksa kembali
uterus untuk memastikan hamil tunggal. Kemudian suntikkan oksitosin 10 IU
secara IM pada ibu, dan jaga bayi tetap hangat.
Langkah II : lakukan kontak kult dengan kulit selama
paling sedikit 1 jam
1)
Setelah tali pusat
di potong dan diikat, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu,
luruskan bahu bayi sehingga menempel di dada ibu, tetapi lebih rendah dari
puting.
2)
Kemudian, selimuti
ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
3)
Biarkan bayi tetap
melakukan kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam, mintalah ibu untuk
memeluk dan membelainya. Bila perlu, letakkan bantal dibawah kepala ibu untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.
4)
Hindari membasuh
atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu.
5)
Selama kontak kulit
tersebut, lanjutkan dengan langkah manajemen aktif kala III persalinan.
Langkah III : biarkan bayi mencari dan menemukan putting
ibu dan mulai menyusu.
1)
Biarkan bayi
mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
2)
Anjurkan ibu dan
orang lainnya untuk tidak menginterupsi supaya bayi menyusu. Misalnya,
memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit, bayi cukup menyusu di satu payudara.
3)
Menunda semua
asuhan BBL lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu. Tunda memandikan
bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah hipotermi.
4)
Usahakan tetap
menempatkan ibu dan bayi akan berhenti menelan dan melepaskan putting. Bayi dan
ibu akan merasa mengantuk. Bayi kemudian diselimuti dengan kain bersih, lalu
lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, mengoleskan salep antibiotic pada mata
bayi, dan memberikan suntikan vitamin K.
(1)
Jika bayi belum
melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat
dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit.
(2)
Jika bayi belum
melakukan insiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke dalam ruang
pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan BBL (pemberian
antibiotika salep mata dan vitamin K) kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk
menyusu.
5)
Kenakan pakaian
pada bayi, atau tetap jaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi
selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat
disentuh, buka pakaiannya, kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai
bayi hangat kembali.
6)
Satu jam kemudian,
berikan bayi suntikan hepatitis B pertama.
7)
Lalu tempatkan ibu
dan bayi di ruang yang sama. Letakkan kembali bayi dekat dengan ibu sehingga
mudah terjangkau dan bayi dapat menyusu sesering keinginannya.
d.
Proses IMD
Menurut Sujiyatini,dkk (2010;h.107-108) proses IMD sebagai berikut:
1)
Setelah bayi lahir,
bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix (kulit
putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
2)
Bayi kemudian di
tengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian,
jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
3)
Bayi yang
ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting
susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi
memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
4)
Saat bayi dibiarkan
untuk mencari puting susu ibunya, ibu perlu didukung dan dibantu untuk
mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin
tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
5)
Bayi dibiarkan
tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit si ibu sampai proses
menyusu pertama selesai.
6)
Setelah selesai
meyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi
vitamin K dan tetes mata.
7) Ibu dan bayi tetap
bersama dan dirawat gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya
kapan saja sibayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh
dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan
bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan
selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
referensinya mana ya...??
BalasHapus