Sabtu, 04 Februari 2017

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS 
PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL




A.  Pengertian masa nifas
Masa nifas atau masa purperium adalah masa setelah partus selesai, dan berhir setelah kira-kira 6 minggu. Istilah purperium ( berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan) menunjukan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil.
Pengertian lainnya, masa nifas (purperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelumhamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Pengertian lainnya, masa nifas yang disebut juga masa puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan(Suherni,dkk,2009,hal:1).

B.  Perubahan Fisiologi Dalam Masa Nifas
Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan  anatomi dan fisologis pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun di anggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang di berikanoleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan, maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadapbayinya selama masa ini. Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa ini dengan baik(Anik Maryunani,2009,hal:6)

C.  Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal
1.    Sistem Muskuloskeletal Pada Masa Nifas
Adaptasi sitem muskuloskeltal ibu terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilitas sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalmi perubahan setelah melahirkan. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Adapun perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas antara lain :
a.    Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregangkan begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang athenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominalis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
Akibat peitonium berkontraksi dan ber-retraksi pasca persalinan dan juga beberapa hari setelah itu, peritonium yang membungkus sebagian besar dari uerus, membentuk lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum dan rotundum sangat lebih kendor dari kondisi sebelum hamil.
Dinding abdomen tetap kendor untuk sementara waktu. Hal ini disebabkan karena sebagai konsekuensi dari putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat pembesaran uterus selama hamil.
b.    Kulit abdomen
Kulit  abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali beberapa minggu.
c.    Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu pospartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominalis tersebut dapat dilihat dari pengkajian kadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.
d.   Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merangsang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperi sediakala. Tidak jarang  ligamentum retundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor(Marmi,2011,hal:98-99).
e.    Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidak mampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri pada saat bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Pemisah simpisis dapat dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda(Hanum Marimbi,2011,hal:157).
f.     Diathesis
Setiap wanita nifas memiliki derajat diathesis/konstitusi (yakni keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh bereaksi secara luar biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar tertentu, sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap penyakit-penyakit tertentu). Kemudian demikian juga adanya rectie/muskulus rektus yang terpisah dari abdomen. Seberapa diastesis terpisah ini tergantung dan beberapa faktor termasuk kondisi umum dan tonus otot. Sebagian besar wanita melakukan ambulasi (ambulation = bisa berjalan) 4-8 jam post partum.Ambulasi ini dianjurkan untuk meghindari komplikasi, meningkatkan involusi dan meningkatkan cara pandang emosional. Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasi pelvic terjadi 6 minggu setelah melahirkan.
Motilisasi (gerakan) dan tonus otot gastrointestinal kembali kedaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah melahirkan.
Haemoroid adalah peristiwa lazim pada periode pospartum awal karena tekanan pada dasar panggul dan mengejan selama persalinan. (Suherni,dkk,2009,hal:82-83).

D.Gangguan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum
    antara lain:
1.    Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem myskulokeletal akibat posisi saat persalinan.
Penangan: selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifiras kehidupan sehari-hari pebting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.
2.    Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan , sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anastesi umum.
3.    Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh ditempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakain ikat(sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membatu untuk meng istirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang daat memacu rasa nyeri.
4.    Disfungsi
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisi tegak. Blla sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi atau stabilitas pelvis yang abnormall, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan diserai nyeri yang hebat.
Penangan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perwatan ibu dan bayi yang lengakap; rujuk keahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secra bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
5.    Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus ( Noble,1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alaba serta akibat peregangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hodramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagewn yang lebih ke arah keturunan, sengingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebih celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip ( berlaois dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasr sesering mungkin, pada semua posisis, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak memerlikan latihan sit0-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari-hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
6.    Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pda trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan ), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk.
7.    Disfungsi dasar panggul
Disfungsi dasar panggul meliputi:
a.    Inkontinensia urin
b.    Inkontinesia alvi
c.    Prolaps
8.    Inkontinensia urin
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak didasari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkotinensia stres.
Terapi: selama masa antenatal , ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk memperhatikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah persalinan.
Bagi ibu yang tetaop menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasr panggul dan memberi saran tentang program retraning yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
 9.    Inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau meregangnya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasr panggul selama persalinan (Snooks et al,1985).
Penanganan: rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.
10.     Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan uterus sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam vagina(Thakar& Stanton,2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat brdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.
(Marmi,2012,hal:98-103).




DAFTAR PUSAKA


Maryunani Anik,(2009).Asuhan pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM),Jakarta.
Suherni dkk,(2009).Perawatan Masa Nifas,Yogyakarta.
Brayshaw Eileen,(2007).Senam Hamil dan Nifas,Jakarta,EGC.
Wulandari Dian,(2010).Asuhan Kebidanan Nifas,Jakarta.
Maryunani Anik,(2010).Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan,Jakarta.
Marmi,(2012).Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”Peuperium Care”,Yogyakarta.
Marimbi Hanum,(2011).Biologi Reproduksi,Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar