PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL
A.
Pengertian masa
nifas
Masa
nifas atau masa purperium adalah masa setelah partus selesai, dan berhir
setelah kira-kira 6 minggu. Istilah purperium ( berasal dari kata puer artinya
anak, parele artinya melahirkan) menunjukan periode 6 minggu yang berlangsung
antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi
wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil.
Pengertian
lainnya, masa nifas (purperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelumhamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Pengertian
lainnya, masa nifas yang disebut juga masa puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,
yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan(Suherni,dkk,2009,hal:1).
B.
Perubahan
Fisiologi Dalam Masa Nifas
Pada
masa nifas, terjadi perubahan-perubahan
anatomi dan fisologis pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat
jelas, walaupun di anggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan
terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan
bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang di berikanoleh
tenaga kesehatan, baik dokter, bidan, maupun perawat ikut membentuk respon ibu
terhadapbayinya selama masa ini. Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan
terhadap ibu bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami
dan memiliki pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis
dalam masa ini dengan baik(Anik Maryunani,2009,hal:6)
C.
Perubahan
Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal
1.
Sistem
Muskuloskeletal Pada Masa Nifas
Adaptasi
sitem muskuloskeltal ibu terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik
pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi
dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilitas sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah
wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal
sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalmi perubahan setelah melahirkan. Namun
demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur
pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Adapun
perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas antara lain :
a.
Dinding perut
dan peritonium
Setelah
persalinan, dinding perut longgar karena diregangkan begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang athenis
terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominalis sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan
kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
Akibat
peitonium berkontraksi dan ber-retraksi pasca persalinan dan juga beberapa hari
setelah itu, peritonium yang membungkus sebagian besar dari uerus, membentuk
lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum dan rotundum sangat lebih
kendor dari kondisi sebelum hamil.
Dinding
abdomen tetap kendor untuk sementara waktu. Hal ini disebabkan karena sebagai
konsekuensi dari putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat pembesaran uterus selama hamil.
b.
Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar
selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu
atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal,
otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali beberapa minggu.
c.
Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu pospartum memiliki tingkat
diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominalis tersebut dapat
dilihat dari pengkajian kadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang
dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.
d.
Perubahan
ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merangsang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut
kembali seperi sediakala. Tidak jarang
ligamentum retundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retroflexi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor(Marmi,2011,hal:98-99).
e.
Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini
merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidak
mampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan
pada pubis disertai peningkatan nyeri pada saat bergerak ditempat tidur atau
saat berjalan. Pemisah simpisis dapat dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu
berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang
setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat
menetap sehingga diperlukan kursi roda(Hanum Marimbi,2011,hal:157).
f.
Diathesis
Setiap wanita nifas memiliki derajat diathesis/konstitusi (yakni
keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh bereaksi secara luar biasa
terhadap rangsangan-rangsangan luar tertentu, sehingga membuat orang itu lebih
peka terhadap penyakit-penyakit tertentu). Kemudian demikian juga adanya
rectie/muskulus rektus yang terpisah dari abdomen. Seberapa diastesis terpisah
ini tergantung dan beberapa faktor termasuk kondisi umum dan tonus otot.
Sebagian besar wanita melakukan ambulasi (ambulation = bisa berjalan) 4-8 jam
post partum.Ambulasi ini dianjurkan untuk meghindari komplikasi, meningkatkan
involusi dan meningkatkan cara pandang emosional. Relaksasi dan peningkatan mobilitas
artikulasi pelvic terjadi 6 minggu setelah melahirkan.
Motilisasi (gerakan) dan tonus otot gastrointestinal kembali kedaan
sebelum hamil dalam 2 minggu setelah melahirkan.
Haemoroid adalah peristiwa lazim pada periode pospartum awal karena
tekanan pada dasar panggul dan mengejan selama persalinan. (Suherni,dkk,2009,hal:82-83).
D.Gangguan yang terjadi pada sistem
muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum
antara lain:
1.
Nyeri punggung
bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
myskulokeletal akibat posisi saat persalinan.
Penangan: selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung
sebaiknya dirujuk pada ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran
perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifiras kehidupan sehari-hari
pebting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama
kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat memberikan rasa nyaman pada
pasien.
2.
Sakit kepala
dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan , sakit
kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka
panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anastesi umum.
3.
Nyeri pelvis
posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi
area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada
bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh
ditempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakain ikat(sabuk) sakroiliaka penyokong dapat
membatu untuk meng istirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat
istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang daat
memacu rasa nyeri.
4.
Disfungsi
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis
pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis
pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan
melalui pada posisi tegak. Blla sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya,
akan terdapat fungsi atau stabilitas pelvis yang abnormall, diperburuk dengan
terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu
gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan diserai
nyeri yang hebat.
Penangan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perwatan ibu dan bayi yang lengakap; rujuk keahli fisioterapi untuk latihan
abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secra bertahap;
pemberian bantuan yang sesuai.
5.
Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominalis lebih dari
2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus ( Noble,1995) sebagai akibat pengaruh
hormon terhadap linea alaba serta akibat peregangan mekanis dinding abdomen. Kasus
ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hodramnion, kelemahan
otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan
kolagewn yang lebih ke arah keturunan, sengingga ibu dan anak mengalami
diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebih celah
antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip ( berlaois dua jika perlu),
dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan
pelvis dasr sesering mungkin, pada semua posisis, kecuali posisi
telungkup-lutut; memastikan tidak memerlikan latihan sit0-up atau curl-up;
mengatur ulang kegiatan sehari-hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli
fisioterapi selama diperlukan.
6.
Osteoporosis
akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pda trimester ketiga atau pasca natal. Gejala
ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya
hendaya (tidak dapat berjalan ), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi
pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk.
7.
Disfungsi dasar
panggul
Disfungsi dasar panggul meliputi:
a.
Inkontinensia
urin
b.
Inkontinesia
alvi
c.
Prolaps
8.
Inkontinensia
urin
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak
didasari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum
adalah inkotinensia stres.
Terapi: selama masa antenatal , ibu harus diberi pendidikan
mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan
transversus sering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus selam
melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan
untuk memperhatikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah
persalinan.
Bagi ibu yang tetaop menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk
ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasr panggul dan
memberi saran tentang program retraning yang meliputi biofeedback dan
stimulasi.
9.
Inkontinensia
alvi
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau meregangnya
sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasr panggul selama
persalinan (Snooks et al,1985).
Penanganan: rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan
khusus.
10.
Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat
menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps
uterus adalah penurunan uterus sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam
vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam vagina(Thakar&
Stanton,2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara
lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat brdiri), nyeri punggung
dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan:
prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.
(Marmi,2012,hal:98-103).
DAFTAR
PUSAKA
Maryunani
Anik,(2009).Asuhan pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM),Jakarta.
Suherni
dkk,(2009).Perawatan Masa Nifas,Yogyakarta.
Brayshaw
Eileen,(2007).Senam Hamil dan Nifas,Jakarta,EGC.
Wulandari
Dian,(2010).Asuhan Kebidanan Nifas,Jakarta.
Maryunani
Anik,(2010).Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan,Jakarta.
Marmi,(2012).Asuhan
Kebidanan Pada Masa Nifas”Peuperium Care”,Yogyakarta.
Marimbi
Hanum,(2011).Biologi Reproduksi,Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar