TINJAUAN TEORI
A.
Caput
Suksedaneum
1.
Pengertian
Caput suksedaneum merupakan edema
subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala, berebentuk
benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak berbatas tegas dan melewati
batas sutura. Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi kepala, sesuai
dengan posisi yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai
akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput sucsedaneum tidak
memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Kadang-kadang caput
suksedaneum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi
tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu. (Ai yeyeh Rukiyah, 2010 hal:
164)
2.
Etiologi
1)
Partus lama
2)
Partus menggunakan
forsep
3)
Ketuban sudah
pecah
4)
His cukup kuat,
makin kuat his makin besar kaput suksedaneun
5)
Anak hidup;
tidak terjadi pada anak yang mati
6)
Selalu terjadi
pada bagian terendah kepala
(Sarwono, 2006 hal: 578 dan Firman
F. Wirakusumah, 2011 hal: 150)
3.
Tanda dan
gejala
Tonjolan edema, yang terlihat saat
bayi lahir, memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan lenyap secara
spontan dalam tiga sampai empat hari. (Bobak dkk, 2005)
4.
Patofisiologi
dan Patogenesis
a.
Patofisiologi
Apabila panggul sempit, sewaktu
persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar dibagian terbawah kepala
janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan
diagnostik yang serius. Kaput dapat hampir mencapai dasar panggul sementara
kepala sendiri belum cakap. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan
upaya secara prematur dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forseps. Kaput
suksedaneum menyebar melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan dengan
moulding tulang kepala. (Sarwono, 2010 hal: 578)
b.
Patogenesis
Edema kulit kepala yang terjadi
karena tekanan jalan lahir terhadap kepala anak menyebabkan vena tertutup,
tekanan dalam kapiler vena meninggi, sehingga cairan masuk ke dalam jaringan
longgar di bawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. (Firman F.
Wirakusumah, 2011 hal: 150)
5.
Komplikasi
a.
Infeksi
b.
Ikterus
c.
Anemia
(Ai yeyeh Rukiyah, 2010 hal: 164)
6.
Penatalaksanaan
medis
Tidak dibutuhkan pengobatan, tetapi
orang tua harus diingatkan bahwa kondisi tersebut adalah relatif umum dan
sementara.
(Sarwono, 2009 hal: 723)
7.
Asuhan Kebidanan Pada Kaput Suksedaneum
Bayi
dirawat seperti pada perawatan bayi normal,observasi keadaan umum, pemberian
ASI yang adekuat, cegah terjadinya infeksi dan berikan penkes kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas dalam
menghadapi bayinya, yaitu; beritahu ibu tentang caput suksadenium pda bayi baru
lahir yaitu terjadi akibat pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis
tengah berisi cairan pada kepala bayi dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang
sudah agak tenang. Beritahu ibu untuk menggendong bayinya karena dapat
menyebabkan prosespenyembuhan yang cepat, yang biasanya hilang pada hari ke 2-5
dan ibu mau melaksanakannya. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu memberikan
ASI segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari
dan ibu melaksanakannya.
Beritahu ibu dan keluarga untuk
merujuk bayi ke pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan tidak hilang
pada hari ke 2-5 segera menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu yang
mampu mengulangi perkataan bidan. (Ai yeyeh Rukiyah, 2010 hal: 168)
B.
Sepal Hematoma
1.
Pengertian
Sefal Hematoma adalah pengumpulan darah di atas tulang tengkorak
yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang
dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada temporal
dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering
pada persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum.
(Ai yeyeh rukiyah,2010 Hal:169)
2.
Etiologi
1)
Persalinan
normal
2)
Partus lama
3)
Partus
menggunakan forseps atau vakum
(Sarwono,2009)
3.
Tanda dan
gejala
Sefal hematoma tidak muncul pada
saat lahir, tapi pembengkakan timbul setelah 12 jam, bertambah besar selama
beberapa hari selanjutnya dan dapat berlangsung selama beberapa minggu.
Pembengkakan yang terjadi memiliki batas tegas, keras, tidak melesak saat
ditekan, tidak melewati sutura dan tidak berubah.
(Diane
M. Fraser, 2011 hal: 806)
4.
Patofisiologis
dan patogenesis
a.
Patofisiologis
Perdarahan dapat terjadi pada
kelahiran spontan akibat penekanan pada tulang panggul ibu. Kelahiran dengan
forsep rendah dan rotasi forsep yang sulit juga dapat mengakibatkan perdarahan.
(Bobak dkk,2005 hal: 372)
b.
Patogenesis
Tekanan jalan lahir yang telalu lama
pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras, partus dengan tindakan
seperti forcep, vacum ekstraksi.
(Ai yeyeh Rukiyah, 2010 hal: 170)
5.
Komplikasi
Perdarahan yang terjadi dapat
menyebabkan anemia dan hipotensi. Namun, hal ini yang terjadi. Penyembuhan
hematoma merupakan predisposisi terhadap terjadinya hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia terjadi akibat penghancuran pada sel darah merah pada
hematoma.
Hiperbilirubinemia karena sefal
hematoma terjadi lebih lambat dari pada hiperbilirubinemia fisiologi.
Kadang-kadang sefal hematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak di
bawahnya (5 - 20 % kasus) atau perdarahan intrakranial. Sefal hematoma jarang
menjadi fokus infeksi yang menyebabkan
meningitis atau osteomielitis. Resolusi sefal hematoma terjadi dalam beberapa
minggu dan umumnya disertai klarifikasi. (Sarwono, 2009 hal: 722)
6.
Penatalaksanaan
medis
Tidak ada penanganan yang yang perlu
dilakukan dan pembengkakan berkurang saat darah direabsorbsi. Pemecahan
eritrosit dalam darah yang merembes dapat menyebabkan hiperbilirubinemia.
(Diane M. Fraser, 2011 hal: 806)
7.
Asuhan
Kebidanan Pada Sefal Hematoma
Bidan memberikan pendidikan kesehatan
kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya,
yaitu; beritahu ibu tentang chepal hematoma pada bayi baru lahir yaitu terjadi
akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir
ditandai dengan adanya benjolan dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang yang
sudah tenang.
Beritahu ibu untuk tidak menggendong
bayi karena dapat menyebabkan proses penyembuhan yang lama, yang biasanya
hilang pada hari ke 1-3 bulan dan ibu mau melaksanakanya. Beritahu ibu tentang
ASI eksklusif yaitu memberikan ASI segera setelah lahir sampai usia 6 bulan
pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu melaksanakanya. Beritahu ibu dan
keluarga untuk merujuk bayi kepelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan
tidak hilang pada hari ke 1-3 bulan segera hubungi bidan dan ibu mengerti
terlihat ibu yang mampu mengulang perkataan bidan. (Ai yeyeh Rukiyah, 2010 hal:
173)
DAFTAR
PUSTAKA
Bobak, 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
F. Wirakusuma, Firman . 2011. Obstetri Fisiologi. Jakarta :
EGC
Prawirohardjo, Sarwono , 2010 . Ilmu Kebidanan . Jakarta :
PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono , 2009 . Ilmu Kebidanan . Jakarta :
PT. Bina Pustaka
Cunningham, F. Garry , dkk , 2006 . Obstetri William .
Jakarta : EGC
M. Diana, Fraser , 2011 . Buku
Ajar Kebidanan . Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar