TINJAUAN TEORI
GIZI KURANG
1. Gizi
kurang
a. Pengertian
gizi
Gizi berasal dari kata ”Gizawi”
(bahasa arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan
jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat
(Maryunani, 2010; h. 257).
Zat gizi merupakan unsur yang penting
dalam nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri
pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak
mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga
zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal.
Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang
jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur, secara umum zat gizi dibagi menjadi
dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro, untuk zat gizi golongan
makro terdiri dari kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, H2O
(air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral
(Hidayat, 2009; h. 88-93)
1) Karbohidrat
Karbohidrat
harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekururangan karbohidrat sekitar
15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat
badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau
berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi
peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang
cukup maka dapat didapatkan dari susu, padi-padian, buah-buahan, sukrosa,
sirup, tepung, dan sayur-sayuran.
2) Lemak
Lemak
merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A,D,E,K yang larut
dalam lemak. Komponen lemak terdiri dari lemak alamiah sekitar 98% diantaranya
trigliserida, dan gliserol sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas diantaranya
monogliserida, digliserida, kolesterol dan fosfolipid termasuk lesitin,
sefalin, sfingomielin dan serebrosid. Lemak ini merupakan sumber yang kaya akan
energi, sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuluh darah, saraf, organ dan
lain-lain terhadap suhu tubuh, dapat membantu rasa kenyang (penundaan waktu
pengosongan lambung), komponen lemak dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah
yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit
khususnya asam linoleat yang rendah, berat badan kurang, akan tetapi apabila
jumlah lemak yang banyak anak menyebabkan terjadi hiperlipidemia,
hiperkolesterol atau dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan
lain-lain, dan untuk mendapatkan jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari
susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan, dan minyak
sayur.
3) Protein
Merupakan
zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukkan ptotoplasma sel, selain itu
tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan
perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein
ini terdiri dari dua puluh empat asam amino di antaranya sembilan asam amino
essensial diantaranya threonin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan,
fenilalanin, metionin, dan histidin, selebihnya asam amino nonesensial. Jumlah
protein dalam tubuh tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila
jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisuensi ginjal demikian
juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, odem, dapat
kwashiorkor apabila kekurangan protein saja tetepi jika kekurangan protein dan
kalori menyebabkan marasmus. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari
susu, telur, ikan, unggas, keju, kedele, kacang, buncis, dan padi-padian.
4) Air
Air
merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat kebutuhan air pada
bayi relatif tinggi 75-80% dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk
pertukaran sel, sebagai medium untuk ion, transport nutrien dan produk buangan
dan pengaturan suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari air dan semua
makanan.
5) Vitamin
Vitamin
merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel
yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat
mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain; vitamin A, B,
B2, B12, C, D, E, K.
6) Mineral
Mineral
merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yang terdiri
dari kalsium, klorida, khromium, kobalt, tembaga, fluorin, jodium, besi,
magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, sulfur dan seng. Kesemuanya harus
tersedia dalam jumlah yang cukup.
b.
Pengertian
Gizi buruk
Kurang
gizi pada anak, bisa terjadi diusia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedomen untuk mengetahui
anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari
normal. Jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari
normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung
lama (Anik, 2010; h.342-343).
Kekurangan
berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupukan masalah serius.
Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Sama seperti masalah
kelebihan berat, langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan
pemecahanya (Arisman, 2007; h. 57).
Kekurangan
energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.
Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang
disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan
tinggi badanya. Jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik), artinya sedikt
demi sedikit tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi keadaan
stunting. Stunting yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai
dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus (Hanum Marimbi, 2010;
h.
100)
c.
Faktor-faktor
gizi kurang dan buruk
Menurut Arsita Eka Prasetyawati (2012;
h.
112), Gizi kurang dan
gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena dapat
menimbulkan the lost generation. Gizi
buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:
1) Anak tidak cukup mendapat makanan
bergizi seimbang
Bayi
dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi. Makanan alamiah terbaik bagi
bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI) dan sesudah 6 bulan anak tidak mendapat makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya.
2) Anak tidak mendapat asuhan gizi yang
memadai
Suatu
studi “positif deviance” mempelajari
mengapa dari sekian banyak bayi dan balita disuatu desa miskin hanya sebagian
kecil yang gizi buruk padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari
studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk.
Unsur pendidikan oleh perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.
Sebaliknya, sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau
pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan.
3) Anak menderita penyakit infeksi
Terjadi
hubungan timbal balik antara kejadian infeksi dengan gizi buruk. Anak yang
menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan.
Menurut
Anik M. (2010, h. 344-345),
secara umum adalah kekurangan kalori dan protein. Terdapat beberapa faktor yang
menjadi penyebab kurang gizi pada anak, antara lain:
1) Jarak antara usia kakak dan adik yang
terlalu dekat ikut mempengaruhi. Dengan demikian, perhatian ibu untuk kakak
sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus
dan tidak diperhatikan makananya. Oleh karena itu akhirnya kakak menjadi kurang
gizi. Balita adalah konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri,
terutama untuk makanan.
2) Anak yang mulai bisa berjalan mudah
terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain.
3) Lingkungan yang kurang bersih,
sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi
kurang gizi.
4) Kurangnya pengetahuan orang tua ibu
mengenai gizi. Kurang gizi yang murni adalah karena makanan. Ibu harus dapat
memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. Tidak harus mahal, bisa juga
diberikan makanan yang murah, asal
kualitasnya baik. Oleh karena itu ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan
untuk anak.
5) Kondisi sosial ekonomi keluarga yang
sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang
makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi.
6) Selain karena makanan, anak kurang
gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat.
Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
d.
Tanda
khas
1) Tanda khas marasmus, antara lain; amat
kurus, badan tinggal terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, perut buncit,
sifat lekas marah dan mudah rewel, mudah menangis, banyak mengeluh dan selalu
kelaparan.
2) Tanda khas kwashiorkor, antara lain;
adanya edema (bengkak) pada kaki, tangan atau anggota badan lain, wajah sembab,
berat badan kurang menurut umur, otot kendur, tidak ada nafsu makan, lese, dan
terlihat sengsara, muka bulat, hati membesar, dan kulit pecah mengelupas.
3) Tanda khas marasmus-kwashiorkor
merupakan kombinasi dari tanda marasmus dan kwashiorkor, seperti anak menderita
edema, tetapi otot hampir tidak terlihat lagi sehingga berat badanyapun amat
ringan (slalu dibawah standar). Demikian juga tanda lainya, seperti muka bulat,
rambut tipis, kulit pecah mengelupas dan terlihat sengsara.
e.
Komplikasi
1) Marasmus; infeksi, tuberkulosis,
parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gangguan tumbuh-kembang.
2) Kwashiorkor; diare, infeksi, anemia,
gangguan tumbuh-kembang, hipokalemia, hipernatremia.
f.
Penatalaksanaan
Menurut Anik M. (2010, h. 346) Anak
yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya.
Karena, apabila kekurangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam
penyakit. Apabila terkena penyakit, anak yang kurang gizi akan sembuh dalam waktu
yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan
intelegensi anak. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya atau
penatalaksanaan pada anak yang kurang gizi, antara lain adalah:
1) Meningkatkan pengetahuan orang tua
mengenai gizi
2) Melakukan pengobatan kepada si anak
dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi
lebih baik
3) Dilakukan pemilihan makanan yang baik
untuk si anak. Makanan yang baik adalah makanan yang kualitas dan kuantitasnya
baik. Makanan dengan kuantitasnya baik adalah makanan yang diberikan sesuai
kebutuhan si anak. Dan makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang
mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan
mineral.
Penanggulangan masalah gizi kurang
perlu dilakukan secara terpadu antardepartemen dan kelompok profesi, melalui
upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan
konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan
masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan.
Semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan
masyarakat yang beraneka-ragam, dan seimbang dalam mutu gizi.
Upaya penanggulangan masalah gizi
kurang dilakukan secara terpadu antara lain:
1) Upaya pemenuhan persediaan pangan
nasional terutama melalui peningkatan produksi beraneka-ragam pangan
2) Peningkatan usaha perbaikan gizi
keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga
3) Peningkatan upaya pelayanan gizi
terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit
4) Peningkatan upaya keamanan pangan dan
gizi melalui sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
5) Peningkatan komunikasi, informasi, dan
edukasi dibidang pangan dan gizi masyarakat
6) Peningkatan teknologi pangan untuk
mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau untuk
masyarakat luas
7) Intervensi langsung kepada sasaran
melalui pemberian makan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis
tinggi, tablet dan sirop besi serta kapsul minyak beriodium
8) Peningkatan kesehatan lingkungan
9) Upaya fortifikasi bahan pangan dengan
vitamin A, iodium dan zat besi
10)
Upaya
pengawasan makanan dan minuman
11)
Upaya
penelitian dan pengembangan pangan dan gizi
g.
Angka
kecukupan gizi
Pangan merupakan salah satu kebutuhan
pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber
energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu yang lama
akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi
bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan
aktivitas fisik. Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang
dianjurkan yang sesuai untuk rata-rata penduduk yang hidup didaerah tertentu.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan sebagai standar guna mencapai
status gizi optimal bagi penduduk.
Angka
kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan pada tahun
1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun
1978, dan sejak itu secara berkala tiap lima tahun sekali.
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
(AKG) atau Recommended Dietary Allowances
(RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan
pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang
sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan
gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk
mempertahankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada
patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik,
dan kondisi fisiologi tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam
penggunaanya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat
badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan
penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus,
AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak
digunakan untuk perorangan.
Angka
kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut:
1) Merencanakan dan menyediakan suplai
pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola
pangan dan distribusi penduduk. Karena AKG yang dianjurkan adalah angka
kecukupan pada tingkat faali, maka dalam merancang produksi pangan perlu
diperhitungkan kehilangan pangan yang terjadi tiap tahap perlakuan pascapanen.
2) Menginterpretasikan data konsumsi
makanan perorangan ataupun kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa
dalam penetapan AKG digunakan patokan berat badan tertentu, misalnya pria
dewasa 62 kg dan perempuan dewasa 55 kg. Bila hasil survei menunjukan bahwa
rata-rata berat badan menyimpang dari patokan berat badan yang digunakan, perlu
dilakukan penyesuaian terhadap angka kecukupan. Demikian pula penyesuaian angka
kecukupan perlu dilakukan bila nilai asam amino dan nilai kecernaan hidangan
berbeda dengan nilai yag digunakan dalam penetapan AKG yang dianjurkan.
Penyesuaian perlu pula dilakukan dalam hal kecukupan energi dan vitamin yang
berkaitan dengan penggunaan energi kelompok sebenarnya.
3) Perencanaan pemberian makanan di
institusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri/perkantoran, asrama, panti
asuhan, panti jompo dan lembaga pemasyarakatan. Juga dalam hal ini perlu
diperhatikan berat badan rata-rata, aktivitas yang dilakukan dan untuk rumah
sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan
makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proporsi AKG yang perlu dipenuhi
melalui penyediaan makanan.
4) Menetapkan standar bantuan pangan,
misalnya untuk keadaan darurat: membantu para transmigran dan penduduk yang
ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah,
dan ibu hamil. Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 diperhatikan.
5) Menilai kecukupan persediaan pangan
nasional. Perhatikan pertimbangan pada butir 1.
6) Merencanakan program penyuluhan gizi.
7) Mengembangkan produk pangan baru di
industri.
8) Menetapkan pedoman untuk keperluan
labeling gizi pangan. Biasanya dicantumkan proporsi AKG yang dapat dipenuhi
oleh satu porsi pangan tersebut.
h.
Posyandu
1) Pengertian
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana
masyarakat dapat sekaligus pelayanan profesional oleh petugas sektor, serta
non-profesional oleh kader dan diselenggarakan atas usaha masyarakat sendiri.
Posyandu dapat dikembangkan dari pos pengembangan balita pos imunisasi, pos KB,
pos kesehatan. Pelayanan yang diberikan posyandu meliputi: KB, KIA, gizi,
imunisasi, dan penanggualangan diare serta sektor lain.
2) Kegiatan posyandu
a) Pemeliharaan kesehatan bayi dan
balita, melalui:
(1)
Penimbangan
bulanan
(2)
Pelayanan
gizi
(3)
Pencegahan
terhadap penyakit
(4)
Pengobatan
penyakit
(5)
Penyuluhan
KB kesehatan
b) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu
menyusui, dan pasangan usia subur (PUS), melalui:
(1)
Pelayanan
gizi
(2)
Pencegahan
terhadap penyakit
(3)
Pengobatan
terhadap penyakit
(4)
Pelayanan
kontrasepsi
(5)
Penyuluhan
KB-kesehatan
3) Langkah-langkah kegiatan posyandu
a) Persiapan
(1)
Kader
merancanakan kegiatan setelah musyawarah masyarakat desa dan latihan kader
sudah selesai.
(2)
Kegiatan
direncanakan bersama lurah, LKMD (Sie KB Kes PKK) dengan bimbingan tim LKMD
tingkat kecamatan.
(3)
Perencanaan
kegiatan meliputi:
(a)
Penyusunan
tenaga pelaksaan dan tugasnya dengan memanfaatkan kelompok kegiatan yang ada.
(b)
Penyusunan
jadwal kegiatan.
(c)
Penentuan
tempat kegiatan.
(d)
Cakupan
keluarga/sasaran.
(e)
Perlengkapan
yang diperlukan.
b) Pelaksanaan
(1)
Sehari
sebelum pelaksaan:
(a)
Sebelum
pelaksaan memberitahu pada ibu hamil, ibu menyusui, PUS, orang tua, bayi dan
balita agar datang ke posyandu.
(b)
Kader
menyediakan alat-alat yang diperlukan: meja, kursi, dacin, buku register,
poster, KMS, oralit, vit. A, tablet tambah darah, alat kontrasepsi, pemberian
obat sederhana.
(2)
Pada
hari pelaksanaan:
(a)
Penyuluhan
kelompok tentang 5 program terpadu
(b)
Pendaftaran
sasaran dibuku register
(c)
Penimbangan
bayi, balita, dicatat di KMS
(d)
Pelayanan
ibu hamil
(e)
Pelayanan
ibu menyusui
(f)
Pelayanan
pasangan usia subur
4) Upaya pemerintah untuk menangani gizi
kurang dan buruk pada balita
a) Mengenali penderita-penderita
kekurangan gizi dan mengobati mereka
b) Mempelajari keadaan gizi dan
mengembangkan program perbaikan gizi
c) Memberikan pendidikan gizi masyarakat
dan secara perseorangan kepada mereka yang membutuhkan, terutama dalam rangka
program KIA
d) Melaksanakan program-program, seperti:
(1)
Program
perbaikan gizi keluarga (suatu program yang menyeluruh yang mencakup
pembangunan masyarakat) melalui klompok-klompok penimbangan pos pelayanan
terpadu.
(2)
Memberikan
makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang cukup kepada anak-anak
bawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.
(3)
Memberikan
vitamin A pada anak-anak dibawah umur 5 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar