Sabtu, 04 Februari 2017

MAKALAH GIZI KURANG



 TINJAUAN TEORI 
GIZI KURANG

1.   Gizi kurang
a.   Pengertian gizi
Gizi berasal dari kata ”Gizawi” (bahasa arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat (Maryunani, 2010; h. 257).
Zat gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal. Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur, secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro, untuk zat gizi golongan makro terdiri dari kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, H2O (air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral (Hidayat, 2009; h. 88-93)
1)  Karbohidrat
Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekururangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat didapatkan dari susu, padi-padian, buah-buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran.
2)  Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A,D,E,K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri dari lemak alamiah sekitar 98% diantaranya trigliserida, dan gliserol sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas diantaranya monogliserida, digliserida, kolesterol dan fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin dan serebrosid. Lemak ini merupakan sumber yang kaya akan energi, sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuluh darah, saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh, dapat membantu rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung), komponen lemak dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit khususnya asam linoleat yang rendah, berat badan kurang, akan tetapi apabila jumlah lemak yang banyak anak menyebabkan terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol atau dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain, dan untuk mendapatkan jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan, dan minyak sayur.
3)  Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukkan ptotoplasma sel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari dua puluh empat asam amino di antaranya sembilan asam amino essensial diantaranya threonin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin, selebihnya asam amino nonesensial. Jumlah protein dalam tubuh tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisuensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, odem, dapat kwashiorkor apabila kekurangan protein saja tetepi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, ikan, unggas, keju, kedele, kacang, buncis, dan padi-padian.
4)  Air
Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat kebutuhan air pada bayi relatif tinggi 75-80% dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran sel, sebagai medium untuk ion, transport nutrien dan produk buangan dan pengaturan suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari air dan semua makanan.
5)  Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain; vitamin A, B, B2, B12, C, D, E, K.
6)  Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yang terdiri dari kalsium, klorida, khromium, kobalt, tembaga, fluorin, jodium, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, sulfur dan seng. Kesemuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup.


b.   Pengertian Gizi buruk
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi diusia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedomen untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal. Jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama (Anik, 2010; h.342-343).
Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupukan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Sama seperti masalah kelebihan berat, langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan pemecahanya (Arisman, 2007; h. 57).
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badanya. Jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik), artinya sedikt demi sedikit tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi keadaan stunting. Stunting yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus (Hanum Marimbi, 2010; h. 100)



c.    Faktor-faktor gizi kurang dan buruk
Menurut Arsita Eka Prasetyawati (2012; h. 112), Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:
1)  Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi. Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI) dan sesudah 6 bulan anak tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya.
2)  Anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai
Suatu studi “positif deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita disuatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Unsur pendidikan oleh perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya, sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan.
3)  Anak menderita penyakit infeksi
Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi dengan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan.
Menurut Anik M. (2010, h. 344-345), secara umum adalah kekurangan kalori dan protein. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada anak, antara lain:
1)  Jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengaruhi. Dengan demikian, perhatian ibu untuk kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makananya. Oleh karena itu akhirnya kakak menjadi kurang gizi. Balita adalah konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri, terutama untuk makanan.
2)  Anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain.
3)  Lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi.
4)  Kurangnya pengetahuan orang tua ibu mengenai gizi. Kurang gizi yang murni adalah karena makanan. Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan  yang murah, asal kualitasnya baik. Oleh karena itu ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak.
5)  Kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi.
6)  Selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
d.   Tanda khas
1)  Tanda khas marasmus, antara lain; amat kurus, badan tinggal terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, perut buncit, sifat lekas marah dan mudah rewel, mudah menangis, banyak mengeluh dan selalu kelaparan.
2)  Tanda khas kwashiorkor, antara lain; adanya edema (bengkak) pada kaki, tangan atau anggota badan lain, wajah sembab, berat badan kurang menurut umur, otot kendur, tidak ada nafsu makan, lese, dan terlihat sengsara, muka bulat, hati membesar, dan kulit pecah mengelupas.
3)  Tanda khas marasmus-kwashiorkor merupakan kombinasi dari tanda marasmus dan kwashiorkor, seperti anak menderita edema, tetapi otot hampir tidak terlihat lagi sehingga berat badanyapun amat ringan (slalu dibawah standar). Demikian juga tanda lainya, seperti muka bulat, rambut tipis, kulit pecah mengelupas dan terlihat sengsara.
e.   Komplikasi
1)  Marasmus; infeksi, tuberkulosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gangguan tumbuh-kembang.
2)  Kwashiorkor; diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh-kembang, hipokalemia, hipernatremia.
f.    Penatalaksanaan
Menurut Anik M. (2010, h. 346) Anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya. Karena, apabila kekurangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit. Apabila terkena penyakit, anak yang kurang gizi akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya atau penatalaksanaan pada anak yang kurang gizi, antara lain adalah:
1)  Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi
2)  Melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik
3)  Dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak. Makanan yang baik adalah makanan yang kualitas dan kuantitasnya baik. Makanan dengan kuantitasnya baik adalah makanan yang diberikan sesuai kebutuhan si anak. Dan makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral.
Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antardepartemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka-ragam, dan seimbang dalam mutu gizi.
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang dilakukan secara terpadu antara lain:
1)  Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beraneka-ragam pangan
2)  Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga
3)  Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit
4)  Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
5)  Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi masyarakat
6)  Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau untuk masyarakat luas
7)  Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirop besi serta kapsul minyak beriodium
8)  Peningkatan kesehatan lingkungan
9)  Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi
10)   Upaya pengawasan makanan dan minuman
11)   Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi
g.   Angka kecukupan gizi
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik. Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai untuk rata-rata penduduk yang hidup didaerah tertentu. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan sebagai standar guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala tiap lima tahun sekali.
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologi tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam penggunaanya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut:
1)  Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat faali, maka dalam merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan pangan yang terjadi tiap tahap perlakuan pascapanen.
2)  Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG digunakan patokan berat badan tertentu, misalnya pria dewasa 62 kg dan perempuan dewasa 55 kg. Bila hasil survei menunjukan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari patokan berat badan yang digunakan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap angka kecukupan. Demikian pula penyesuaian angka kecukupan perlu dilakukan bila nilai asam amino dan nilai kecernaan hidangan berbeda dengan nilai yag digunakan dalam penetapan AKG yang dianjurkan. Penyesuaian perlu pula dilakukan dalam hal kecukupan energi dan vitamin yang berkaitan dengan penggunaan energi kelompok sebenarnya.
3)  Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga pemasyarakatan. Juga dalam hal ini perlu diperhatikan berat badan rata-rata, aktivitas yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proporsi AKG yang perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan.
4)  Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat: membantu para transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil. Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 diperhatikan.
5)  Menilai kecukupan persediaan pangan nasional. Perhatikan pertimbangan pada butir 1.
6)  Merencanakan program penyuluhan gizi.
7)  Mengembangkan produk pangan baru di industri.
8)  Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. Biasanya dicantumkan proporsi AKG yang dapat dipenuhi oleh satu porsi pangan tersebut.
h.   Posyandu
1)  Pengertian
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat sekaligus pelayanan profesional oleh petugas sektor, serta non-profesional oleh kader dan diselenggarakan atas usaha masyarakat sendiri. Posyandu dapat dikembangkan dari pos pengembangan balita pos imunisasi, pos KB, pos kesehatan. Pelayanan yang diberikan posyandu meliputi: KB, KIA, gizi, imunisasi, dan penanggualangan diare serta sektor lain.
2)  Kegiatan posyandu
a)  Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita, melalui:
(1)    Penimbangan bulanan
(2)    Pelayanan gizi
(3)    Pencegahan terhadap penyakit
(4)    Pengobatan penyakit
(5)    Penyuluhan KB kesehatan
b)  Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur (PUS), melalui:
(1)    Pelayanan gizi
(2)    Pencegahan terhadap penyakit
(3)    Pengobatan terhadap penyakit
(4)    Pelayanan kontrasepsi
(5)    Penyuluhan KB-kesehatan
3)  Langkah-langkah kegiatan posyandu
a)  Persiapan
(1)    Kader merancanakan kegiatan setelah musyawarah masyarakat desa dan latihan kader sudah selesai.
(2)    Kegiatan direncanakan bersama lurah, LKMD (Sie KB Kes PKK) dengan bimbingan tim LKMD tingkat kecamatan.
(3)    Perencanaan kegiatan meliputi:
(a)    Penyusunan tenaga pelaksaan dan tugasnya dengan memanfaatkan kelompok kegiatan yang ada.
(b)    Penyusunan jadwal kegiatan.
(c)    Penentuan tempat kegiatan.
(d)    Cakupan keluarga/sasaran.
(e)    Perlengkapan yang diperlukan.

b)  Pelaksanaan
(1)    Sehari sebelum pelaksaan:
(a)    Sebelum pelaksaan memberitahu pada ibu hamil, ibu menyusui, PUS, orang tua, bayi dan balita agar datang ke posyandu.
(b)    Kader menyediakan alat-alat yang diperlukan: meja, kursi, dacin, buku register, poster, KMS, oralit, vit. A, tablet tambah darah, alat kontrasepsi, pemberian obat sederhana.
(2)    Pada hari pelaksanaan:
(a)    Penyuluhan kelompok tentang 5 program terpadu
(b)    Pendaftaran sasaran dibuku register
(c)    Penimbangan bayi, balita, dicatat di KMS
(d)    Pelayanan ibu hamil
(e)    Pelayanan ibu menyusui
(f)     Pelayanan pasangan usia subur
4)  Upaya pemerintah untuk menangani gizi kurang dan buruk pada balita
a)  Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka
b)  Mempelajari keadaan gizi dan mengembangkan program perbaikan gizi
c)  Memberikan pendidikan gizi masyarakat dan secara perseorangan kepada mereka yang membutuhkan, terutama dalam rangka program KIA
d)  Melaksanakan program-program, seperti:
(1)    Program perbaikan gizi keluarga (suatu program yang menyeluruh yang mencakup pembangunan masyarakat) melalui klompok-klompok penimbangan pos pelayanan terpadu.
(2)    Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang cukup kepada anak-anak bawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.
(3)    Memberikan vitamin A pada anak-anak dibawah umur 5 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar