TINJAUAN TEORI
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
A. Pertumbuhan
dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
dan Perkembangan
a. Pengertian
pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah
sel dan bertambahnya ukuran sel alat tubuh, yang menyebabkan bertambah besarnya
tubuh secara keseluruhan (Sastroasmoro, 2007; h. 3).
Perkembangan adalah pola perubahan yang
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui kematangan
dan belajar (Hidayat, 2005; h. 15-17).
b. Pola-pola
pertumbuhan dan perkembangan
Ada
dua pola pada pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
1) Pola cephalocaudal
Pola
cephalocaudal merupakan rangkaian dimana pertumbuhan tercepat selalu terjadi di
atas-yaitu kepala. Pertumbuhan fisik dalam ukuran, berat badan, dan perbedaan
ciri fisik secara bertahap bekerja dari atas ke bawah-contohnya, dari leher ke
bahu, ke batang bagian tubuh bagian tengah, dan seterusnya.
Perkembangan
sensorik dan motorik juga biasanya berproses menurut prinsip cephalocaudal. Sebagai
contoh, bayi melihat objek sebelum mereka dapat merangkak atau berjalan.
2) Pola proximodistal
Pola
proximodistal merupakan rangkaian pertumbuhan yang dimulai dari pusat tubuh dan
bergerak ke arah tangan dan kaki. Contohnya, kendali otot tubuh dan lengan
matang sebelum kendali tangan dan jari.
3) Pola perkembangan dari umum ke khusus
Pola
ini dikenal dengan nama pola mass to
specific atau to complex, pola
ini dapat dimulai dengan menggerakan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu
baru kemudian daerah yang lebih kompleks (khusus). Seperti, melambaikan tangan
kemudian baru memainkan jarinya atau menggerakan jarinya atau menggerakan
lengan atas, bawah telapak tangan sebelum menggerakan jari tangan, akan
menggerakan badan atau tubuhnya sebelum mempergunakan kedua tungkainya untuk
menyangga, melangkahkan dan atau mampu berjalan.
4) Pola perkembangan berlangsung dalam
tahapan perkembangan
Pada
pola ini tahapan perkembangan dibagi menjadi lima bagian yang tentunya memiliki
prinsip atau ciri khusus dalam setiap perkembangan, diantaranya:
a) Masa pralahir, terjadi pertumbuhan
yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh.
b) Masa neonatus, terjadi proses
penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan
fisik dalam perubahan.
c) Masa bayi terjadi perkembangan sesuai
dengan lingkungan yang mempengaruhinya dan memiliki kemampuan untuk melindungi
dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya.
d) Masa anak, terjadi perkembangan yang
cepat dalam aspek sifat, sikap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan
dalam hal ini keluarga dan teman sebaya.
e) Masa remaja akan terjadi perubahan ke
arah dewasa sehingga kematangan pada tanda-tanda pubertas.
5) Pola perkembangan dipengaruhi oleh
kematangan dan latihan (belajar)
Proses
kematangan dan belajar pada pola ini selalu mempengaruhi perubahan dalam
perkembangan anak, antara kematangan dan proses belajar terjadi interaksi yang
kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak. Terdapat saat yang siap untuk
menerima sesuatu dari luar untuk mencapai proses kematangan dan kematangan yang
dicapainya dapat disempurnakan melalui rangsangan yang tepat. Masa itulah
dikatakan sebagai masa kritis yang harus dirangsang agar mengalami pencaaian
perkembangan selanjutnya, melalui proses belajar.
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang
1) Faktor genetik/ faktor herediter (faktor Heredokonstitusional)
Faktor
genetika atau herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh-kembang anak. Faktor ini ditandai
dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor genetik, antara lain:
a) Faktor bawaan yang normal atau
patologis, seperti kelainan kromosom (Sindrom
Down), kelainan kranio-faisal (celah bibir).
b) Jenis kelamin
(1) Pada
umur tertentu laki-laki dan perempuan sangat berbeda dalam ukuran besar,
kecepatan tumbuh, proporsi jasmani, dan lain-lain.
(2) Anak
dengan jenis kelamin laki-laki pertumbuhanya cenderung lebih cepat daripada
anak perempuan.
(3) Namun
dari segi kedewasaan, perempuan menjadi dewasa dini, yaitu mulai adolesensi
(remaja) pada umur 10 tahun, sedangkan laki-laki mulai umur 12 tahun.
c) Keluarga: banyak dijumpai dalam satu
keluarga ada yang tinggi dan ada yang pendek.
d) Ras
(1) Beberapa
ahli antropologi menyatakan ras kuning cenderung lebih pendek dibanding dengan
ras kulit putih.
(2) Suku
Asmal di Papua berkulit hitam, sementara itu suku Dayak Kalimantan berkulit
putih.
e) Bangsa: Bangsa Asia cenderung bertubuh
pendek dan kecil, sementara itu Bangsa Amerika cenderung tinggi dan besar.
f)
Umur,
kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa Fetus, masa bayi dan
masa adolesensi (remaja).
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor
yang sangat penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang telah
dimiliki oleh anak. Lingkungan yang baik akan memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya menurut norma-norma
tertentu. Sementara itu, lingkungan yang kurang baik akan menghambat
tumbuh-kembang anak.
Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi
faktor lingkungan pranatal (sebelum lahir) dan post-natal (sesudah lahir).
a) Lingkungan pranatal (sebelum lahir)
Lingkungan
pranatal adalah lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih didalam
kandungan. Lingkungan intrauterin mempunyai pengaruh yang sangat besar dimana
selaput amnion dan amnion melindungi fetus/janin (bakal bayi) dari lingkungan
luar.
b) Ibu kurang gizi pada waktu hamil
Kekurangan
gizi pada masa kehamilan pada ibu akan berakibat buruk terhadap janin, seperti
terjadinya anomali dan bahkan abortus, prematuritas, lahir mati, kematian
perinatal, berat badan lahir rendah, penurunan kecerdasan anak, gangguan
pertumbuhan anak, dan lain-lain.
c) Infeksi
Infeksi
intrauterin, seperti TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
Simplex) sering menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan. Hal ini
dapat di uraikan lebih lanjut sebagai berikut: infeksi (trimester I: Rubela,
trimester II dan III: Toxoplasmosis, histoplamosis, dan sifilis). Infeksi yang
diderita ibu hamil dapat mengakibatkan kelainan pada fetus, seperti bisu-tuli,
mikrosefali, retardasi mental dan kelainan bawaan lainya.
d) Imunitas (eritoblastosis fetalis,
kern-icterus)
(1)
Keadaan
ini dikarenakan perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu
akan membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang akan masuk ke
peredaran darah bayi melalui plasenta. Hal tersebut mengakibatkan hemolisis
pada peredaran darah bayi. Akibat dari penghancran sel darah merah bayi adalah
anemia dan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia dapat mengakibatkan kerusakan
pada jaringan otak.
(2)
Rhesus
ABO inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, kern ikterus, hidros fetalis,
atau lahir mati.
e) Gangguan endokrin pada ibu
Hormon-hormon
yang berperan dalam pertumbuhan janin antara lain hormon somatotropin (hormon
pertumbuhan), hormon plasenta, hormon tiroid, insulin, dan lain-lain.
(1)
Hormon
somatotropin (hormon pertumbuhan/Growth Hormone) disekresikan oleh kelenjar
hipofise janin sekitar minggu ke sembilan. Gangguan pada hormon ini dapat
menimbulkan kretinisme atau kekerdilan.
(2)
Defisiensi
hormon tiroid dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat yang
dapat menyebabkan retardasi mental pada anak.
(3)
Ibu
hamil dengan diabetes melitus karena kekurangan insulin, dimana tidak
mendapatkan pengobatan pada saat kehamilan trimester pertama, dapat melahirkan
anak dengan cacat bawaan atau lahir dengan cacat bawaan atau lahir dengan berat
badan bayi besar.
(4)
Bayi
yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus (DM) sering ditemukan
kelainan seperti makrosomia, kardiomegali, dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia
pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan pada anak-anak yang
dilahirkan oleh ibu yang usianya relatif tua mempunyai resiko menderita
kelainan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang dilahirkan oleh ibu yang
relatif lebih muda. Hal tersebut dikarenakan oleh kelainan-kelainan endokrin
yang meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
f)
Mekanis
(seperti pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidramnion)
(1)
Trauma
dan cairan ketuban kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang
dikandungnya.
(2)
Faktor
mekanis seperti posisi tubuh fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat
menyebabkan kelainan kongenital, seperti clubfoot, mikrognatia, dan kaki
bengkok.
g) Toksin/ zat kimia
(1)
Obat-obatan
tertentu seperti thalidomide dan obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada janin yang dalam kandungan terutama apabila diminum ibu dengan
kehamilan pada masa organogenesis, yaitu masa pembentukan organ-organ, yang
merupakan masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen.
(2)
Obat-obatan
tertentu dapat menimbulkan kelainan seperti palatoskisis, hidrosefalus,
distosia kranial.
h) Radiasi (sinar rontgen, radium, dan
lain-lain)
(1)
Radiasi
pada janin terutama pada kehamilan trimester pertama dapat menyebabkan kematian
janin, kerusakan otak, dan cacat bawaan lainya.
(2)
Pemakaian
radium dan sinar rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat menyebabkan kelainan
pada fetus. Contoh, akibat dari radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus adalah
mikrosefali, retardasi mental, kelainan mata dan jantung.
i)
Stres
Stres
yang berlebihan pada ibu hamil dapat mempengaruhi tumbuh-kembang janin, antara
lain cacat bawaan, kelainan jiwa, dan lain-lain.
j)
Janin
kekurangan oksigen
(1)
Penurunan
oksigenisasi janin yang melalui plasenta atau tali pusat yang terganggu dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah.
(2)
Anoksia
embrio (gangguan fungsi plasenta) menyebabkan pertumbuhan bayi terganggu.
k) Lingkungan Post-natal (sesudah lahir)
Faktor
lingkungan post-natal merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
tumbuh-kembang anak setelah lahir, antar lain:
(1)
Pengaruh
budaya lingkungan, yaitu:
(a) Budaya keluarga atau masyarakat sangat
mempengaruhi perilaku hidup sehat.
(b)
Ibu
hamil dilarang makan–makanan tertentu padahal zat gizi tersebut diperlukan
untuk pertumbuhan janin.
(c)
Keyakinan
untuk melahirkan dengan petugas kesehatan (bidan) atau tetap memilih dukun
beranak.
(d)
Anak
yang dibesarkan di lingkungan petani di desa akan mempunyai pola kebiasaan atau
norma perilaku yang berbeda dengan anak yang dibesarkan di kota besar.
(2)
Status
sosial dan ekonomi keluarga
(a)
Keluarga
dengan sosial ekonomi kurang, biasanya terdapat keterbatasan dalam pemberian
makanan bergizi, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan primer lainya untuk anak.
Keluarga sulit memfasilitasi anak untuk capai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal sesuai dengan tahapan usianya. Maka seringkali
anak dari keluarga yang kurang mampu umumnya lebih kecil dari mereka yang lebih
tinggi sosial ekonominya.
(b)
Menurut
Cameron & Hovander (1983), rata-rata berat bayi lahir didasarkan status
sosial ekonomi keluarga, adalah sebagai berikut:
Golongan sosial-ekonomi
|
Berat badan bayi (gram/ gr)
|
Atas
|
3247
|
Menengah atas
|
2945
|
Menengah bawah
|
2797
|
bawah
|
2578
|
Tabel 1 data
rata-rata berat bayi didasarkan sosial ekonomi
keluarga
Dari
rata-rata berat bayi lahir di atas, jelas terlihat bahwa ukuran bayi yang lahir
dari keluarga dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, berat badan bayi lebih
rendah dibandingkan dengan berat bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang
cukup.
(3)
Nutrisi
(asupan makanan kualitatif dan kuantitatif)
Zat nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin
dan air. Zat-zat tersebut merupakan bahan pembangun tubuh. Pada masa prenatal,
bayi maupun balita, anak akan membutuhkan kalori dan protein lebih banyak,
faktor malnutrisi (kekurangan gizi) atau kurang adekuatnya zat gizi sangat
berpengaruh dimana hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
terjadi terutama disebabkan oleh kekurangan atau defisiensi protein dan vitamin
B. Malnutrisi secara primernya terjadi karena kekurangan makan, secara sekunder
terjadi karena penyakit yang kronis, penyakit darah, dan lain-lain. Dengan kata
lain, penyebab status nutrisi kurang pada anak adalah:
(a)
Asupan
nutrisi yang tidak adekuat, baik kuantitas maupun kualitas.
(b)
Hiperaktivitas
fisik atau istirahat yang kurang adekuat.
(c)
Adanya
penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi.
(d)
Stres
emosi yang dapat menurunkan nafsu makan atau absorbsi yang tidak adekuat.
(4) Penyakit (penyakit kronis dan kelainan
kongenital)
Penyakit
kronis seperti glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak
dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
(5)
Iklim
atau cuaca
Iklim
dapat mempengaruhi status kesehatan anak. Pada musim penghujan, biasanya akan
timbul banjir, yang dapat menimbulkan penyakit menular seperti diare, demam
berdarah dan penyakit kulit. Pada musim kemarau, keluarga seringkali sulit
mendapatkan air bersih sehingga dapat menimbulkan diare pada anak. Status
kesehatan yang buruk seperti ini berdampak pada proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
(6)
Musim
Di
negara yang mempunyai 4 musim seperti negara-negara di Eropa, terdapat
perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi badan. Pertambahan tinggi
terbesar pada musim semi dan yang paling rendah pada musim gugur, dan yang
terkecil pada musim semi.
(7)
Sanitasi
lingkungan
Sanitasi
lingkungan memiliki peranan penting dalam penyediaan lingkungan yang mendukung
kesehatan anak dan tumbuh-kembang.
(8)
Olah
raga atau latian fisik
Anak
yang senang melakukan olahraga, secara fisik dapat meningkatkan sirkulasi darah
yang mengakibatkan peningkatan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Olahraga akan
meningkatkan aktivitas fisik anak dan menstimulasi perkembangan otot dan
pertumbuhan sel. Anak dapat berinteraksi mengenal aturan yang berlaku dan
belajar menaatinya untuk tujuan bersama. Disamping itu, dengan berolahraga juga
dapat membantu kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan temanya.
(9)
Posisi
anak dalam keluarga
Posisi
anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu dapat
mempengaruhi pola anak tersebut diatur dan dididik dalam keluarga, yang pada
akhirnya juga dapat mempengaruhi tumbuh-kembang anak.
(a)
Anak
tunggal
Biasanya
yang terjadi pada anak tunggal atau anak semata wayang dalam keluarga adalah
sebagai berikut: tidak mempunyai teman bicara dan beraktiviktas, kemampuan
intelektual dapat lebih berkembang, pengembangan harga diri positif karena
terus–menerus berinteraksi dengan orang dewasa, mendapat stimulasi secara
psikososial, anak akan lebih tergantung dan kurang mandiri, perkembangan
motorik lambat karena tidak ada stimulasi aktivitas fisik yang dilakukan oleh
saudara kandungnya.
(b)
Anak
pertama
Posisi
sebagai anak pertama (anak sulung) dalam suatu keluarga biasanya: mendapat
perhatian penuh karena belum ada saudara yang lain, segala kebutuhanya dipenuhi,
orangtua belum memiliki pengalaman dan terlalu melindungi anak, anak akan
tumbuh menjadi anak yang perfeksionis dan cenderung pencemas.
(c)
Anak
tengah
Ciri dari anak tengah dalam suatu keluarga biasanya: anak
berada diantara anak tertua dan anak bungsu (terkecil), orangtua sudah lebih
percaya diri dalam merawat anak sehingga anak cenderung agak kurang peduli, anak
mempunyai kesempatan untuk belajar komunikasi dan lebih mampu beradaptasi
diantara anak terbesar dan terkecil, anak lebih mandiri, anak kurang maksimal
dalam pencapaian prestasi dibanding anak pertama.
(d)
Anak
bungsu
Posisi
sebagai anak bungsu (anak terkecil) dalam suatu keluarga, biasanya anak: mendapat
perhatian penuh dari semua anggota keluarga, anak mempunyai kepribadian yang
hangat, ramah, dan penuh perhatian pada orang lain.
3) Faktor internal
Disamping
faktor genetik dan lingkungan, faktor internal dalam diri anak berikut ini juga
dapat mempengaruhi proses tumbuh-kembang anak, yaitu:
a) Kecerdasan (IQ)
(1)
Kecerdasan
dimiliki anak sejak dilahirkan
(2)
Anak
dengan kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi yang cemerlang
walaupun telah diberikan stimulus yang tinggi
(3)
Anak
dengan kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk
berprestasi secara cemerlang
b) Pengaruh hormonal
Terdapat tiga hormon utama yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu:
(1)
Hormon
somatotropin (Growth Hormon) atau
hormon pertumbuhan, merupakan hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan tinggi
badan karena menstimulasi terjadinya poliferasi sel, kartilago dan skeletal. Kelebihan
hormon ini dapat menyebabkan gigantisme (pertumbuhan yang besar), sementara itu
kekurangan hormon ini menyebabkan dwarfisme (kerdil).
(2)
Hormon
tiroid, dimana hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak, karena
mempunyai fungsi menstimulasi metabolisme fungsi tubuh, yaitu metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Kekurangan hormon ini (disebut “hipotiroidisme”) dapat
mengakibatkan gangguan pada kardiovaskuler, metabolisme, otak, mata, dan
lain-lain
(3)
Hormon
gonadotropin (Hormon Seks), dimana
hormon ini terutama mempunyai peranan penting dalam fertilisasi dan reproduksi.
Hormon ini menstimulasi pertumbuhan interstisial dari testis untuk memproduksi
testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen.
(Maryunani, 2010; h. 40-51)
4) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang
mempengaruhinya, diantaranya adalah kebudayaan, kebudayaan suatu daerah akan
mempengaruhi kepercayaan, adat kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana orang
tua mendidik anaknya. Status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang
tua yang ekonomi menengah ke atas dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya di
sekolah-sekolah yang berkualitas, sehingga mereka dapat menerima atau
mengadopsi cara-cara baru bagaimana cara merawat anak dengan baik. Status
nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua dengan ekonomi lemah bahkan
tidak mampu memberikan makanan tambahan buat bayinya, sehingga bayi akan
kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun
dan akhirnya bayi/ anak akan jatuh sakit.
5) Faktor pelayanan kesehatan
Adanya
pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di sekitar lingkungan dimana anak
tumbuh dan berkembang, diharapkan tumbang anak dapat dipantau. Sehingga apabila
terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam
pengembanganya, anak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan dan diberikan
solusi pencegahnya.
(Riyadi
dan Ratnaningsih, 2012; h. 136-137)
d. Ciri-ciri
tumbuh kembang anak
Menurut
dr.Soetjiningsih (2005), tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi
sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri:
a.
Tumbuh
kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/
dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa
tumbuh kembang sudah terjadi sejak didalam kandungan dan setelah kelahiran
merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan
mudah diamati.
b.
Dalam
periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta
laju tumbuh kembang berlainan diantara organ-organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan
cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. Sedangkan
pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, limfoid,
neural dan reproduksi.
c.
Pola
perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatanya berbeda
antara satu dengan lainya.
d.
Perkembangan
erat hubunganya dengan maturasi sistem susunan saraf.
e.
Aktifitas
seluruh tubuh diganti respons individu yang khas
f.
Arah
perkembangan anak adalah sefalokaudal. Langkah pertama sebelum berjalan adalah
perkembangan menegakan kepala.
g.
Reflek
primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan
volunter tercapai.
e. Tahap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Fisik
Menurut
Marmi dan Kukuh (2012; h. 125), tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur
dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat
variasi, namun setiap anak akan melewati pola tertentu. Tanuwijaya (2003)
memaparkan tentang tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu
masa pranatal dan pascanatal.
a.
Pertumbuhandan
perkembangan masa pranatal
Menurut
A.Aziz alimul hidayat (2009; h. 21-25), masa pranatal terdiri dari dua fase
yaitu fase embrio dan fase fetus, pada fase embrio pertumbuhan dimulai pada 8
minggu pertama dengan terjadi defesiansi yang cepat dari ovum menjadi suatu
organisme dan terbentuknya manusia. Pada minggu kedua terjadi pembelahan sel
dan terjadi pemisahan jaringan antara entoderm dan ekstoderm, pada minggu ke 3
terbentuk lapisan mesoderm. Pada masa ini sampai umur tujuh minggu belum tampak
terjadi gerakan yang menonjol hanya denyut jantung janin sudah mulai terdenyut
sejak 4 minggu. Masa fetus terjadi antara minggu ke-12 sampai 40 terjadi
peningkatan fungsi organ yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan
terutama pertumbuhan dan penambahan jaringan subcutan dan jaringan otot.
b.
Pertumbuhan
dan perkembangan masa post natal
1) Masa neonatus (0-28 hari)
Pertumbuhan
dan perkembangan post natal atau dikenal dengan pertumbuhan dan perkembangan
setelah lahir ini diawali dengan masa neonatus (0-28 hari) yang merupakan masa
terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra uteri, dengan terjadi proses adaptasi
semua sistem organ tubuh, proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dan
aktivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan
antara 35-50 kali per menit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali per
menit, dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga
dada, kemudian terjadi aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk
memenuhi kebutuhan gizi seperti menangis, memutar-mutar kepala, dan menghisap (rooting reflex) dan menelan. Perubahan
selanjutnya sudah dimulai proses pengeluran tinja yang terjadi dalam waktu 24
jam yang terdapat mekonium. Hal tersebut akan dilanjutkan proses defekasi
seperti dari proses ekskresi dari apa yang dimakan (ASI) frekuensi untuk
defekasi tersebut dapat berkisar antara 3-5 minggu, akan tetapi juga banyak
dijumpai pada bayi yang mengalami konstipasi pada bayi dengan PASI.
Perubahan
pada fungsi organ yang lain seperti ginjal belum sempurna. Urine masih
mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama akan dijumpai urine warna
merah muda karna banyak mengandung senyawa urat. Kemudian kadar hemoglobin
darah tepi pada neonatus berkisar antara 17-19 g/dl, kadar hematokrit saat
lahir adalah 52%, terjadi peningkatan kadar leukosit sekitar 25.000-30.000 /ul
dan setelah umur satu minggu akan terjadi penurunan hingga kurang dari 14.000 /ul.
Keadaan fungsi hatipun masih relatif imatur dalam memproduksi faktor pembekuan
sebab belum terbentuknya flora usus yang akan berperan dalam absorbsi vitamin
K, kemudian adanya kekebalan bayi oleh karena adanya imunoglobulin.
Pada
masa neonatus perkembangan motorik kasar dapat diawali tanda gerakan seimbang
pada tubuh, mulai mengangkat kepala, kemudian pada motorik halus dimulainya
tanda-tanda kemampuan untuk mampu mengikuti garis tengah bila kita memberikan
respons terhadap gerkan jari atau tangan. Pada perkembangan bahasa ditunjukin
adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel dan
pada perkembangan adaptasi sosial ditunjukan adanya tanda-tanda tersenyum dan
mulai menatap muka untuk mengenali seseorang.
2) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
Pada
masa bayi hingga satu tahun dalam pertumbuhan dan perkembangan dapat
dikelompokan menjadi tiga tahap, tahap pertama adalah 1-4 bulan, tahap kedua
4-8 buan, tahap ketiga adalah 8-12 bulan.
a) Umur 1-4 bulan
Perubahan
dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan pada usia ini, bila gizi
anak baik maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 gram/ bulan
sedangkan pertumbuhan tinggi badan agak stabil tidak mengalami kecepatan dalam
pertumbuhan tinggi badan, kemudian dalam perkembanganya dapat dilihat dari
perkembangan motorik kasar, halus, bahasa dan adaptasi sosial.
Perkembangan
motorik kasar memiliki kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap. Mencoba
duduk sebentar dengan tangan ditopang,
dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada
posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring
terlentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai
kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
Perkembangan
motorik halus daat melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek,
mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang benda kedalam mulut,
memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.
Pada
perkembangan bahasa ditandai dengan kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat
berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ ahh,
tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau bereaksi atau mengoceh.
Perkembangan
adaptasi sosial mulai untuk mengamati tanganya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, waktu tidur dalam sehari
lebih sedikit dari pada waktu terjaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis
menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada
orang asing.
b) Umur 4-8 bulan
Pada
umur ini pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2 kali berat badan pada waktu lahir
dan rata-rata kenaikan 500-600 gram/ bulan apabila mendapatkan gizi yang baik.
Sedangkan pada tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan dan
terjadi kestabilan berdasarkan pertumbuhan umur.
Pada
perkembangan motorik kasar awal bulan ini terjadi perubahan dalam aktivitas
seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tanganya dan pada bulan keempat sudah mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri dan sudah mulai terjadi kemampuan dalam duduk
dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak,
menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke
depan dan ke belakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat duduk
dengan bantuan selama waktu singkat.
Pada
perkembangan motorik halus sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yang sedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda
dikedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, memudahkan objek dari satu tangan ke tangan lain.
Pada
perkembangan bahasa dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah
sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak,
menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat bunyi vokal
yang bersamaan seperti ba-ba.
Perkembangan
adaptasi sosial merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan
mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
lengan dan kaki jika sedang kesal.
c) Umur 8-12 bulan
Pada
usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai 3 kali berat badan lahir
apabila mencapai usia 1 tahun dan pada pertambahan berat badan per bulan sekitar
350-450 gram pada usia 7-9 bulan dan 250-350 gram/ bulan pada usia 10-12 bulan
apabila dalam pemenuhan gizi yang baik dan pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5
kali tinggi badan pada saat lahir, pada usia satu tahun penambahan tinggi badan
tersebut masih stabil dan diperkirakan tinggi badan akan mencapai 75 cm.
Secara
umum perkembangan bayi pada tahun pertama adalah terjadi peningkatan beberapa
organ fisik/ biologis seperti ukuran panjang badan pada tahun pertama
penambahan kurang lebih (25-30 cm), peningkatan jaringan subkutan, perubahan
pada fontanel anterior menutup pada usia 9-18 bulan perubahan pada lingkar
kepala dan lingkar dada, dimana lingkar kepala sama besar dan pada usia satu
tahun terjadi perubahan, pada akhir tahun pertama terjadi perubahan berat otak
anak menjadi 25% berat otak orang dewasa, pertumbuhan gigi dimulai dari gigi
susu pada umur 5-9 bulan.
Pada
perkembangan motorik kasar dapat terjadi kemampuan diawali dengan duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan
berdiri sendiri. Kemudian pada motorik halus mencari atau meraih benda kecil,
bila diberi kubus mampu memindahkanya, mampu mengambilnya dan mampu memegang
dengan jari dan ibu jari, membenturkanya dan mampu menaruh benda atau kubus ketempatnya.
Pada
perkembangan bahasa mulai mampu mengatakan papa mama yang belum spesifik,
mengoceh hingga menggatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata,
sedangkan perkembangan adaptasi sosial dimulai kemampuan untuk bertepuk tangan,
menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan
orang, main-main bola atau lainya dengan orang.
d) Masa anak 1-2 tahun
Pertumbuhan
dan perkembangan pada tahun kedua pada anak akan mengalami beberapa perlambatan
daam pertumbuhan fisik, dimana pada tahun kedua anak akan mengalami kenaikan
berat badan sekitar 1,5-2,5 kg dan panjang badan 6-10 cm, kemudian pertumbuhan
otak juga akan mengalami perlambatan yaitu kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm,
untuk pertumbuhan gigi terdapat tambahan 8 buah gigi susu termasuk gigi geraham
pertama, dan gigi taring sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah.
Dalam
perkembangan motorik kasar anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan
tegak, pada sekitar umur 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu
tangan dipegang dan pada akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari kecil,
menendang bola dan mulai mencoba melompat. Perkembangan motorik halus mampu
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus. Kemampuan bahasa pada anak
sudah mulai ditunjukan dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata,
kemampuan meniru dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat
tinggi, mampu menunjukan dua gambar, mampu mengombinasikan kata-kata, mulai
mampu menunjukan lambaian anggota badan. Pada perkembangan adaptasi sosial
mulai membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta
mencoba memakai baju.
e) Masa prasekolah
Pada
pertumbuhan masa pra sekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya berat badan
mengalami kenaikan rata-rata pertahunya adalah 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi
aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti
berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi
badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 cm setiap tahunya.
Pada
masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana anak pada
umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah
menunjukan proses kemandirian dan masa ini adalah masa dimana perkembangan
kognitif sudah mulai menunjukan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri
untuk memasuki sekolah dan tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai
sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman
belajar dengan lingkungan dan orang tuanya. Sedangkan perkembangan psikososial
pada anak sudah menunjukan adanya rasa inisiatif, konsep diri yang positif
serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya.
Pada
perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu
kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari
kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan.
Perkembangan
motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar
dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, dan menggambar orang,
melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda. Melambaikan tangan,
menggunakan tanganya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, manggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas.
Pada
perkembangan bahasa diawali mampu menyebutkan hingga empat gambar. Menyebutkan
satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua
kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan sebagainya,
menggunakan bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan
dan orang-orang anggota keluarga dekat.
Perkembangan
adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana. Menangis jika dimarahi,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga.
f. Prinsip-prinsip
Tumbuh Kembang Anak
Menurut
Marmi (2012; h.114), proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip
yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tumbuh kembang adalah proses continue dimulai sejak konsepsi sampai
maturitas, atau dewasa.
Setelah
kelahiran, tumbang anak dengan mudah diamati. Perkembangan merupakan hasil proses
kematangan dan belajar. Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi
dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar,
anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang
dimiliki anak.
2) Dalam periode tersebut terdapat adanya
masa percepatan atau perlambatan.
Tiga
periode pertumbuhan percepatan:
a) Masa janin
b) Masa bayi (0-1 tahun)
c) Masa pubertas
3) Pola perkembangan dapat diramalkan
Pola
perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatanya berbeda
antara anak satu dengan anak yang lainya. Dengan demikian perkembangan seorang
anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan
spesifik, dan terjadi berkesinambungan. Contoh: anak akan belajar duduk sebelum
belajar berjalan.
a) Perkembangan erat hubunganya dengan
maturitas system susunan saraf
Contoh:
tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan sampai saraf siap
untuk itu.
b) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon
individu yang khas
Contoh:
bayi akan menggerakan seluruh tubuhnya bila melihat sesuatu yang menarik.
c) Arah perkembangan adalah Cepalokaudal
Contoh:
menggerakan kepala dulu, mengangkat dada, menggerakan ekstremitas bagian bawah.
d) Reflex primitive seperti reflex
menggenggam dan melangkah akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai.
Contoh:
melangkah atau berjalan akan menghilang pada usia 5-6 tahun.
g. Indikator
pemantauan pertumbuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) Secara garis besar,
tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tumbuh kembang fisik,
intelektual, dan ditentukan oleh faktor potensi genetic heredo konstitusional dan peran lingkungan.
Suatu kelainan bisa terjadi jika ada faktor genetik dan
atau karena faktor lingkungan yang tidak mampu mencukupi kemampuan dasar tumbuh
kembang anak. Peran lingkungan, juga menjadi faktor penting untuk mencukupi
kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak
meliputi kebutuhan bio-psikososial yang terdiri dari kebutuhan biomedis (asuh)
dan kebutuhan psikososial (asih dan asah). Lingkungan ini terdiri dari
lingkungan mikro (ibu atau pengganti ibu), lingkungan mini (ayah, kakak, adik,
status sosial ekonomi), lingkungan meso (hal-hal di luar rumah), dan lingkungan
makro.
Deteksi tumbuh-kembang ini, sudah bisa dilakukan sejak
anak memasuki ruang pemeriksaan bersama orangtuanya melalui observasi atau
pengamatan dengan memperhatikan mulai penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi
badan hingga interaksi dengan lingkunganya. Namun demikian deteksi dini adanya
gangguan sebaiknya ditempuh melalui beberapa hal, antara lain melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan skrining perkembangan yang sistematis agar
lebih objektif.
Dalam deteksi dini anamnesis ini, yang dipertanyakan
adalah faktor resiko pada balita (intrinsic,
genetic heredokonstitusional), faktor risiko pada ibu (umur, tinggi badan,
jumlah anak, jarak kehamilan, riwayat pernikahan, merokok, pernah mengonsumsi
alkohol), faktor risiko lingkungan mini (ayah, saudara kandung dan anggota dan
anggota lain serumah), lingkungan meso (tetangga, dan teman bermain) dan
lingkungan makro.
Deteksi dini tumbuh kembang anak juga ditempuh melalui
pemeriksaan fisik rutin. Beberapa hal yang diperiksa pada anak yakni tinggi
badan, berat badan dan ukuran kepala. Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai
adalah perawatan pendek (short stature),
perawakan tinggi (tall stature), yang
dikalsifikasikan sebagai variasi normal dan patologis, pertumbuhan tersebut
diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri sebagai salah satu cara
penilaianya.
1.
Pengukuran
Antropometrik
Pengukuran
antropometri merupakan bagian dari langkah-langkah manajemen tumbuh kembang
anak. Berikut ini langkah-langkah manajemen tumbuh kembang anak:
1.
Pengukuran
antropometri, meliputi:
1) Berat badan
Berat
badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai setiap kesempatan
memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil
peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain; tulang,
otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainya. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan
dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah,
dan tidak memerlukan banyak waktu. Kerugianya, indikator berat badan ini tidak
sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya; pendek gemuk atau tinggi kurus.
Penilaian
berat badan berdasarkan umur menurut WHO dengan buku NCHS dengan cara persentil
dengan penilaian sebagai berikut: percentil 50-3 dikatakan normal dan kurang
atau sama dengan tiga masuk kategori malnutrisi (abnormal).
2) Tinggi badan
Pengukuran
ini merupakan bagian dari pengukuran antropometrik yang digunakan untuk menilai
status perbaikan gizi, disamping faktor genetik. Pengukuran ini dapat dilakukan
dengan mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penilaian
tinggi badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS dengan cara
presentasi dari median dengan penilaian sebagai berikut: lebih dari atau sama
dengan 90% adalah normal dan kurang dari 90% malnutrisi kronis (abnormal).
3) Lingkar kepala
Pengukuran
lingkar kepala ini dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak, penilaian
ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukan
adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar (volume kepala
meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis. Penilaian ini
dapat dilakukan dengan menggunakan kurva lingkar kepala.
4) Lingkar Lengan Atas
Lingkaran
Lengan Atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat
badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/ tumbuh kembang pada
kelompok umur prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir
menjadi 16 cm pada umur satu tahun. Selanjutnya tidak dapat berubah selama 1-3
tahun. Keuntungan penggunaan LLA ini adalah alatnya murah, bisa dibuat sendiri,
mudah dibawa, cepat penggunaanya, dan dapat digunakan oleh tenaga yang tidak
terdidik. Sedangkan kerugianya adalah LLA hanya untuk identifikasi anak dengan
gangguan gizi/ pertumbuhan yang berat, sukar menentukan pertengahan LLA tanpa
menekan jaringan, dan hanya untuk umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan
dapat untuk anak mulai umur 6 bulan s/d 5 / 6 tahun.
5) Tebal kulit
Tebalnya
lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi tumbuh
kembang jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.
Tebal
kulit di ukur dengan alat skinfold
caliper pada kulit lengan, subscapula dan daerah pinggul penting untuk
menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukanya dan alatnyapun
mahal (harpenden caliper). Penggunaan
dan interpretasinya yang terlebih penting.
Gambar
1 alat pengukur tebal kulit
2.
Penggunaan
kurva pertumbuhan anak (KMS, NCHS)
a) NCHS (National Center For Health Statistic)
Penggunaan
kurva pertumbuhan (growth chart) atau
tabel NCHS sebagai baku secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk
menilai status gizi pada pertumbuhan anak. Perlu dipahami pengertian persentil
dan standar devisiasi, sebagai patokan sebelum menggunakanya di lapangan.
Dalam
pemantauan pertumbuhan anak pada plot berat atau tinggi badan anak pada kurva
NCHS perlu diikuti secara berkala untuk melihat alur pertumbuhanya menyimpang
atau tidak. Pemantauan bukan hanya pada posisi titik plot itu saja, akan tetapi
juga hubungan titik-titik tersebut selama kurun waktu tertentu.
b) KMS (Kartu Menuju Sehat) sebagai Home Based Record
Di
indonesia terdapat kartu menuju sehat (KMS) yang dipakai baik untuk penyuluhan
maupun sebagai alat monitor pertumbuhan dan gizi di masyarakat. KMS di
Indonesia merupakan modifikasi WHO-NCHS, yaitu berat badan terhadap umur anak
balita, dilengkapi dengan gambar perkembangan motorik kasar, halus dan
berbahasa. Tujuan KMS adalah sebagai alat bantu (instrumen) bagi ibu atau orang
tua dan petugas untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
balita, menentukan tindakan-tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
3.
Penilaian
dan klasifikasi status gizi
Sistim
penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit oleh Behrman
& Kliegman dalam buku Essensials
Nelson’s Texbook of Pediatrics. Selain data-data tentang masalah makanan
dan antropometri, keadaan klinins anak juga dipaparkan secara rinci. Instrumen
semacam ini kiranya cukup memadai untuk
dipergunakan di klinik dilengkapi dengan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lengkap.
4.
Data-data
perkembangan dan maturasi pada penyimpangan tumbuh kembang
Milestones perkembangan merupakan suatu
parameter dalam manajemen tumbuh kembang yang tidak terpisahkan dari
pemeriksaan antropometri. Akan tetapi hal ini masih harus dibudayakan secara
bertahap mengingat adanya faktor waktu dan beban kerja di unit pelayanan
kesehatan anak di masyarakat dan klinik-klinik.
5.
Memonitor
pertumbuhan anak sejak bayi
Pemantauan
status gizi bayi secara berkala setiap bulan dengan cara menimbang berat badan
bayi dan mengukur panjang badanya. Idealnya, berat badan bayi berada digaris
normal pada grafik pertumbuhan. Ini artinya, pertambahan berat badanya seimbang
dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Pemantauan pertumbuhan anak sejak
lahir sangat penting. Selain dapat menentukan pola normal pertumbuhan pada
anak, juga dapat menentukan permasalahan dan faktor yang mempengaruhi dan
mengganggu pertumbuhan pada anak sejak dini. Bila diketahui gangguan pertumbuhan
sejak dini maka pencegahan dan penanganan gangguan pertumbuhan tersebut dapat
diatasi sejak dini.
a) Pengukuran berat badan terhadap tinggi
badan
Tujuan
pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, apakah anak termasuk
normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.
(1)
Pengukuran
berat badan
(a)
Menggunakan
timbangan bayi
(b)
Menggunakan
timbangan injak pada anak
(2)
Pengukuran
panjang badan (PB)/ tinggi badan (TB). Untuk pengukuran panjang badan atau
tinggi badan, petugas harus memiliki ketrampilan mengukur panjang badan dengan
posisi berbaring serta mengukur tinggi badan dengan posisi berdiri.
(3)
Pengukuran
tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
(a)
Ukur
TB dan BB
(b)
Lihat
kolom panjang/ tinggi badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran
(c)
Pilih
kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan) sesuai jenis
kelamin anak. Tentukan angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak.
(d)
Dari
angka BB tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka standar
deviasi (SD)
b) Pengukuran lingkar kepala anak
Tujuan
pengukuran lingkar kepala adalah untuk mengetahui lingkar kepala anak berada
dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal pengukuran lingkar kepala
disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak berusia 0-11 bulan pengukuran
dilakukan setiap 3 bulan, dan untuk anak berusia 12-72 bulan pengukuran
dilakukan setiap 6 bulan.
(1)
Cara
mengukur lingkar kepala
(a)
Lingkarkan
pengukur kepala melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan
bagian belakang kepala menonjol, lalu tarik agak kencang.
(b)
Baca
angka pada pertemuan dengan angka 0
(c)
Tanyakan
tanggal lahir bayi/ anak, hitung usia bayi/ anak
(d)
Hasil
pengukuran dihitung pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin
anak
(e)
Buat
garis yang menghubungkan antara pengukuran lalu dengan sekarang
(2)
Interpretasi
(a)
Jika
ukuran LK didalam jalur hijau, maka LK anak dikatakan normal
(b)
Jika
ukuran LK diluar jalur hijau, maka LK anak dikatakan tidak normal (makrosefal
diatas jalur dan mikrosefal dibawah jalur hijau). Segera rujuk ke RS jika
menemui anak dengan LK di luar jalur hijau.
c) Stimulasi perkembangan balita
(1)
Pengertian
Stimulasi
adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya
dari lingkungan luar anak (Mursintowarti, 2002; h. 45).
(2)
Prinsip
Dalam
melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai berikut:
(a)
Sebagai
ungkapan rasa cinta dan sayang, bermain bersama anak sambil menikmati
kebahagiaan bersama anak
(b)
Bertahap
dan berkelanjutan, serta mencakup 4 sidang kemampuan perkembangan (motorik
kasar, motorik halus, bahasa dan personal social)
(c)
Dimulai
dari tahapan perkembangan yang telah dicapai anak
(d)
Dilakukan
dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan
(e)
Anak
selalu diberi pujian
(f)
Alat
bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak berbahaya dan mudah
didapat
(g)
Suasana
dibuat menyenangkan dan bervariasi
(3)
Fungsi
bermain sebagai saran stimulasi tumbuh dan kembang pada anak
(a)
Perkembangan
sensori motor
Perkembangan
sensori motor ini didukung oleh stimulasi visual, stimulasi pendengaran,
stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.
Stimulasi
visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan
anak. Anak akan meningkatkan perhatianya pada lingkungan sekitar melalui
penglihatanya.
Stimulasi
pendengaran (stimulus taktil) sangat penting untuk perkembangan bahasanya.
Memberikan
sentuhan (stimulasi taktil) yang mencukupi pada anak berarti memberikan kasih
sayang yang diperlukan anak. Stimulus ini akan memberikan rasa aman dan percaya
diri pada anak sehingga anak akan lebih responsif dan perkembangan.
(b)
Perkembangan
kognitif (intelektual)
Anak
belajar mengenal warna, bentuk atau ukuran, tekstur dari berbagai macam objek,
angka dan benda. Anak belajar untuk merangkai kata, berpikir abstrak dan
memahami hubungan ruang seperti naik, turun, dibawah dan terbuka.
(c)
Sosialisasi
Sejak
awal masa anak-anak, bayi telah menunjukan ketertarikan dan kesenangan terhadap
orang lain, terutama terhadap ibu.
(d)
Kreativitas
Tidak
ada situasi yang lebih menguntungkan atau menyenangkan untuk berkreasi dari
pada bermain. Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya.
(e)
Kesadaran
diri
Dengan
aktivitas bermain, anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda dengan yang lain
dan memahami dirinya sendiri. Anak belajar untuk memahami kelemahan dan
kemampuanya dibandingkan dengan anak yang lain. Anak juga mulai melepaskan diri
dari orang tuanya.
(f) Nilai-nilai moral
Anak
mulai belajartentang perilaku yang benar dan salah dari lingkungan rumah maupun
sekolah. Dengan mengenal lingkungan anak akan berinteraksi yang akan memberikan
makna pada latihan moral. Mereka mulai belajar menaati aturan.
(g) Nilai terapeutik
Bermain
dapat mengurangi tekanan atau stress dari lingkungan, anak dapat mengespresikan
emosi dan ketidakpuasan atau situasi serta rasa tahunya yang tidak dapat
diekspresikan di dunia nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar