LANDASAN TEORI
IKTERUS
A. DEFINISI
Ikterus adalah
salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir
akibat terjadinya hiperbilirubinemia. Ikterus merupakan salah satu kegawatdaruratanan yang sering terjadi pada bayi baru lahir, sebanyak 25-50 % pada
bayi cukup bulan dan 80% pada bayi berat lahir rendah (Vivian, 2010 ; h.74-75 )
1.
Fisiologi
Menurut
( Vivian, 2010 ; h. 75)
Ikterus
fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir, tidak
mempunyai dasar patologi sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus.Ikterus fisiologi ini memiliki tanda-tanda
berikut :
a.
Timbul
pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir
b.
Kadar
bilirubin indirect tidak lebih dari
10 mg % pada neonatus cukup bulan dan
12,5 mg % pada neonatus kurang bulan
c.
Kecepatan
peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg % per hari
d.
Kadar
bilirubin direct tidak lebih dari 1mg %
e.
Ikterus
menghilangkan pada 10 hari pertama
f.
Tidak
terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
2.
Patologis
Menurut
(Vivian, 2010 ; h. 75 )
Ikterus
patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus patologis
memiliki tand dan gejala sebagai berikut :
a.
Ikterus
terjadi dalam 24 jam pertama
b.
Kadar
bilirubin melebihi 10 mg % pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg %
pada neonatus cukup bulan
c.
Peningkatan
bilirubin melebihi 5mg % per hari
d.
Ikterus
menetap sesudah 2 minggu pertama
e.
Kadar
bilrubin direct lebih dari 1 mg %
f.
Mempunyai
hubungan dengan proses hemolitik
B. ETIOLOGI
Menurut
(Vivian, 2010 ; h. 76) Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya
ikterus, yaitu sebagai berikut :
1.
Prahepatik
(ikterus hemolitik)
Ikterus
ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis
sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan
oleh beberapa factor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah merah dan
toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2.
Pascahepatik
(obstruktif)
Adanya
obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin konjugasi akan
kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke dalam aliran darah, kemudian
sebagian masuk dalam ginjal dan diekresikan dalam urine. Sementara itu,
sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sclera berwarna kuning
kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran empedu menyebabkan
ekresi bilrubin ke dalam saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan
werna putih keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
3.
Hepatoseluler
( ikterus hepatik)
Konjugasi
bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami kerusakan maka
secara otomatis akan menggangu proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran darah.
Biliubin direct mudah diekresikan
oleh ginjal karena sifatnya yang mudah larut dalam air, namun sebagian masih
tertimbun dalam aliran darah.
C.
PATOFISIOLOGIS PADA IKTERUS
Peningkatan
kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar
yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitimea,memendeknya umur eritrosit janin/bayi,
meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi
enterohepatik.
Gangguan
ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y berkurang atau pada
keadaan protein Y dan protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi
asidosis atau dengan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar
(defisiensi enzim glukoranil transferase) atau bayi yang menderita gangguan
eksresi,misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu
intra/ekstra hepatik.
Pada
derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh.
D. PENATALAKSANAAN
Menurut ( Vivian, 2010 ; h. 76-78)
1.
Ikterus
fisiologis
a.
Lakukan
perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
1.)
Lakukan
perawatan bayi sehari-hari seperti :
a)
Memandikan
b)
Melakukan
perawatan tali pusat
c)
Membersihkan
jalan nafas
d)
Menjemur
bayi dibawah sinar matahri pagi, kurang lebih 30 menit
2.)
Ajarkan
ibu cara
a)
Memandikan
bayi
b)
Melakukan
perawatan talli pusat
c)
Menjaga
agar bayi tidak hipotermi
d)
Menjemur
bayi di bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit
3.)
Jelaskan
pentingnya hal- hal seperti:
a)
Memberikan
ASI sedini dan sesering mungkin
b)
Menjemur
bayi dibawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit
dalam posisi telentang dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap
c)
Memberikan
asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu
d)
Menganjurkan
ibu dan pasangan untuk ber-KB segera mungkin
e)
Menganjurkan
ibu untuk tidak minum jamu
2.
Hiperbilirubinemia
sedang
a.
Berikan
ASI secara adekuat
b.
Lakukan
pencegahan hipotermi
c.
Letakkan
bayi di tempat yang cukup sinar matahari kurang lebih 30 menit,
selama 3-4 hari
d.
Lakukan
pemeriksaan ulang 2 hari kemudian
e.
Anjurkan
ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan bayi bertambah parah
serta mengeluarkan feses berwatna putih keabu-abuan dan lihat seperti dempul
3.
Hiperbilirubinemia
berat
a.
Berikan
informed consent pada keluarga untuk
segera merujuk bayinya
b.
Selama
persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat
c.
Lakukan
pencegahan hipotermi
d.
Bila
mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml
Total
serum bilirubin mg/dl (mmol/L)
|
||||
Umur
(jam)
|
Pertimbangkan
terapi sinar
|
Terapi
sinar
|
Transfuse
tukar ( terapi sinar gagal)
|
Transfusi
tukar dan terapi sinar
|
<24
|
*
|
*
|
*
|
*
|
24
< 48
|
>12 (170)
|
> 15 ( 260)
|
>20 ( 340)
|
> ( 430)
|
49
<72
|
>15(260)
|
>18(310)
|
>25(430)
|
>30(510)
|
>72
|
>17(290)
|
>20(340)
|
>25(430)
|
>30(510)
|
*Neonatus cukup bulan dengan ikterus pada umur < 24 jam, bukan neonatus sehat dan perlu evaluasi ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar